Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Rabu (17/2), Rusia perlu memastikan pemungutan suara parlemen yang akan berlangsung September nanti bebas dari campur tangan asing, menyusul protes massa yang menyerukan pembebasan salah satu pengkritiknya yang paling vokal.
Puluhan ribu orang turun ke jalan bulan lalu untuk mendesak Rusia membebaskan Alexei Navalny menjelang pemilihan parlemen. Politisi oposisi berusia 44 tahun ini ditahan kemudian dipenjara karena dugaan pelanggaran pembebasan bersyarat sekembalinya ke Rusia.
Navalny sebelumnya dirawat di Jerman karena keracunan zat saraf yang dia alami saat Siberia pada Agustus tahun lalu.
Kremlin atau Kantor Kepresidenan Rusia menyebutkan, Navalny adalah aset CIA yang digunakan oleh dinas intelijen Barat untuk mengguncang Rusia. Dan, Moskow telah berulang kali mengatakan kepada Uni Eropa untuk tidak ikut campur urusan dalam negerinya.
Baca Juga: Putin: Pandemi virus corona akan berlarut-larut, tidak ada batasnya
Rusia sendiri dituding ikut campur dalam beberapa pemilihan umum di luar negeri, termasuk dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2016.
"Warga Rusia akan membuat pilihan mereka (pada pemilihan parlemen), dan kami harus mempertahankan pilihan ini dari segala upaya campur tangan eksternal," kata Putin pada pertemuan yang disiarkan televisi dengan para pemimpin partai politik yang memiliki wakil di Duma Negara, majelis rendah parlemen.
"Kami tidak bisa membiarkan pukulan apa pun terhadap kedaulatan Rusia, terhadap hak rakyat kami untuk menjadi tuan atas tanah kami," tegasnya tanpa memerinci negara mana yang dia maksud, seperti dikutip Reuters.
Barat ingin memaksa Rusia
Navalny mengatakan tahun lalu, dia menduga dinas intelijen Rusia telah meracuninya dengan zat saraf karena pihak berwenang negeri beruang merah melihatnya sebagai ancaman menjelang pemilihan parlemen.
Baca Juga: Latihan nuklir, Putin pimpin langsung peluncuran rudal dari darat, laut, udara
Kremlin selalu menolak setiap tuduhan yang menyebutkan Putin atau pihak berwenang Rusia ada hubungannya dengan keracunan yang Navalny alami.
Beberapa negara Eropa telah menyerukan sanksi terhadap Rusia atas kasus Navalny, termasuk menghentikan pembangunan pipa gas bawah laut Nord Stream 2, yang dirancang untuk mengekspor gas dari Rusia ke Jerman melewati Ukraina.
Putin menuduh negara-negara yang menyerukan sanksi terhadap proyek tersebut mencoba menggunakan Nord Stream 2 sebagai alat untuk menghukum Rusia. “Mengapa semua orang berputar-putar di sekitar Nord Steam 2?” tanya Putin.
"Mereka (negara-negara Barat) ingin memaksa Rusia untuk membayar proyek geopolitik mereka di Ukraina," tambahnya, merujuk pada konflik yang meletus di Timur negara itu setelah pencaplokan Krimea oleh Moskow pada 2014.