Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - ST PETERSBURG. Presiden Rusia Vladimir Putin kembali melontarkan pernyataan kontroversial dengan menyebut bahwa secara teoritis, seluruh wilayah Ukraina adalah milik Rusia.
Ia juga memperingatkan bahwa pasukan Rusia dapat merebut Kota Sumy sebagai bagian dari strategi membentuk zona penyangga di sepanjang perbatasan.
Pernyataan ini menuai kecaman keras dari Ukraina. Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, menyebut komentar Putin sebagai bentuk penghinaan terhadap upaya perdamaian yang dimediasi Amerika Serikat (AS).
Ia menilai Moskow jelas menunjukkan niat untuk memperluas wilayah pendudukan dan terus melakukan kekerasan terhadap warga Ukraina.
Baca Juga: Presiden AS Donald Trump Ancam Rusia, Begini Respons Kremlin
Saat ini, Rusia telah menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina. Wilayah-wilayah itu meliputi seluruh Krimea, hampir seluruh Luhansk, sebagian besar Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson, serta sebagian wilayah Kharkiv, Sumy, dan Dnipropetrovsk.
Berbicara dalam Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, Putin menegaskan pandangannya bahwa rakyat Rusia dan Ukraina adalah satu bangsa, dan karena itu “seluruh Ukraina adalah milik kita.”
Pernyataan ini mengabaikan kenyataan bahwa Ukraina dan sekutu Baratnya secara tegas menolak klaim Rusia atas wilayah-wilayah Ukraina, termasuk aneksasi Krimea dan empat wilayah lainnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkali-kali menolak anggapan bahwa kedua bangsa adalah satu, serta menyamakan syarat perdamaian versi Putin sebagai bentuk penyerahan diri.
Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Umumkan Gencatan Senjata, Begini Respons Ukraina
Putin menyatakan bahwa dirinya tidak mempersoalkan kemerdekaan Ukraina maupun perjuangan rakyatnya untuk mempertahankan kedaulatan. Namun, ia mengingatkan bahwa ketika Ukraina menyatakan kemerdekaan pada 1991 setelah Uni Soviet runtuh, negara itu juga menetapkan diri sebagai negara netral.
Menurut Putin, jika perdamaian ingin terwujud, Ukraina harus menerima “kenyataan di lapangan,” yang dalam konteks ini merujuk pada kendali Rusia atas wilayah Ukraina yang luas bahkan lebih besar dari negara bagian Virginia di Amerika Serikat.
Ia menambahkan, “Kami punya peribahasa: di mana kaki prajurit Rusia melangkah, di situlah wilayah kami.”
Sybiha menanggapi pernyataan itu dengan menyebutnya sinis dan mencerminkan “penghinaan total” terhadap proses perdamaian. Ia menuduh Putin sebagai penjahat perang yang sedang merancang perluasan agresi dan pembunuhan massal.
Presiden Zelensky, dalam pidato malam harinya, menegaskan bahwa Rusia secara terbuka menunjukkan penolakan terhadap gencatan senjata dan berniat melanjutkan perang.
Baca Juga: Trump-Putin Bahas Nasib Ukraina Hari Ini: Wilayah dan PLTN Jadi Fokus Negosiasi
Ia mengungkapkan bahwa para komandan Ukraina telah membahas situasi di wilayah Sumy, dan menilai Rusia tengah merencanakan berbagai tindakan yang “gila seperti biasa.” Zelensky menegaskan bahwa Ukraina akan terus bertahan dan menghalau serangan demi mempertahankan wilayahnya.
Sementara itu, Putin mengatakan pasukan Rusia kini membentuk zona penyangga di sekitar wilayah Sumy demi melindungi wilayah perbatasan Rusia. Ia menyebut bahwa Kota Sumy, sebagai ibu kota regional, bisa saja menjadi target berikutnya.
“Kami tidak memiliki tugas untuk merebut kota itu, tetapi secara prinsip saya tidak mengesampingkan kemungkinan tersebut,” ujarnya.