Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Barat mencoba melakukan provokasi kepada dirinya untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
Mengutip DPA International, hal tersebut diungkapkan Putin dalam film dokumenter televisi pemerintah Rusia tentang 25 tahun kekuasaannya.
"Mereka ingin memprovokasi kita, mereka ingin membuat kita melakukan kesalahan," katanya dalam film "Rusia. Kremlin. Putin. 25 tahun."
"Namun, tidak perlu menggunakan senjata nuklir. Dan saya berharap ini juga tidak akan diperlukan di masa mendatang," jelas Putin.
Dia bilang, Rusia memiliki kekuatan dan sarana yang cukup untuk mencapai semua yang dibutuhkan Moskow dalam perang yang dimulai pada tahun 2022, pada tahun Kremlin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Putin dan para pemimpin Rusia lainnya telah berulang kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir terhadap Ukraina dan sekutunya selama perang berlangsung.
Menurut laporan tersebut, Pemerintah AS mendapat kesan bahwa Moskow mungkin sedang bersiap untuk menjatuhkan bom nuklir pada musim gugur tahun 2022. Washington menyampaikan peringatan keras kepada Rusia melalui saluran diplomatik saat itu.
Baca Juga: Saat Putin Bersiap Jamu Pemimpin Dunia, Ukraina Targetkan Moskow dengan Pesawat Drone
Serangan uji coba dengan rudal jarak menengah baru Rusia di kota Dnipro, Ukraina, pada bulan November 2024 juga dianggap sebagai ancaman nuklir.
Mengutip The Week, sehari sebelum tayangan video Putin, Kyiv mengatakan telah menembak jatuh dua jet tempur Su-30 Rusia di atas Laut Hitam menggunakan rudal buatan AS yang dimodifikasi yang ditembakkan dari pesawat nirawak laut Ukraina.
Menurut The New York Times pada hari Minggu, saat Rusia mengintensifkan serangan udaranya di Ukraina, Kyiv mendapatkan setidaknya satu lagi sistem pertahanan udara Patriot AS.
Tonton: Harapan Putin: Senjata Nuklir Tidak Diperlukan di Ukraina
"Satu sistem Patriot sedang dipindahkan ke Ukraina dari Israel setelah perbaikan dan sekutu Barat sedang mendiskusikan logistik Jerman atau Yunani untuk memberikan satu lagi," kata Times.