Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Putri seorang ultranasionalis Rusia terkemuka, yang dikabarkan menjadi sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, tewas dalam ledakan bom mobil di luar Moskow dalam apa yang mungkin merupakan upaya pembunuhan terhadap ayahnya.
Darya Dugina, 29 tahun, meninggal setelah sebuah alat peledak meledak, menghancurkan Toyota Land Cruiser yang dia tumpangi pada Sabtu (20/8) malam, penyelidik mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Minggu (21/8).
Melansir Al Jazeera, Dugina adalah putri Alexander Dugin, seorang ideolog yang telah lama mengadvokasi untuk menyatukan wilayah berbahasa Rusia sebagai bagian dari kekaisaran Rusia yang baru.
Alexander Dugin diyakini menjadi suara yang berpengaruh dalam membentuk pandangan dunia dan pendekatan Putin ke Ukraina, meskipun sejauh mana pengaruhnya terhadap pemikiran pemimpin Rusia itu masih diperdebatkan.
Baca Juga: Perang Berlangsung Hampir Setengah Tahun, Rudal Rusia Tampak Menghujani Ukraina
Mengutip TASS, Andrey Krasnov, Kepala Russian Horizon, yang mengenal Darya Dugina secara pribadi, mengatakan, kendaraan itu milik ayahnya dan Alexander Dugin mungkin menjadi sasaran yang dituju.
Surat kabar Rossiiskaya Gazeta melaporkan, Alexander Dugin dan Darya Dugina menghadiri festival budaya di luar Moskow, dan memutuskan untuk berganti mobil pada menit terakhir.
Penyelidik menyebutkan, mereka menetapkan kasus tersebut sebagai kasus pembunuhan, akan melakukan pemeriksaan forensik dan sedang mempertimbangkan "semua versi" dari peristiwa itu.
Tayangan TV menunjukkan penyelidik mengumpulkan puing-puing dan pecahan dari bagian jalan raya tempat ledakan terjadi di dekat Desa Bolshie Vyzyomy.
Baca Juga: Rudal Rusia Melukai 12 Warga Ukraina Tidak Jauh dari Pembangkit Nuklir
"Sebuah alat peledak ditempatkan di bagian bawah mobil di sisi pengemudi," kata Komite Investigasi Rusia dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Al Jazeera.
"Darya Dugina, yang berada di belakang kemudi, meninggal di tempat kejadian. Investigasi meyakini kejahatan itu direncanakan sebelumnya dan bersifat kontraktual," ujar Komite Investigasi Rusia.
Sergei Markov, mantan penasihat Putin, mengatakan kepada kantor berita RIA-Novosti, Alexander Dugin adalah target dari serangan bom tersebut.
"Sangat jelas bahwa tersangka yang paling mungkin adalah intelijen militer Ukraina dan Dinas Keamanan Ukraina," ungkapnya.













