CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.740   98,00   0,62%
  • IDX 7.244   -140,01   -1,90%
  • KOMPAS100 1.117   -21,26   -1,87%
  • LQ45 887   -14,43   -1,60%
  • ISSI 220   -4,35   -1,94%
  • IDX30 457   -6,42   -1,38%
  • IDXHIDIV20 554   -6,30   -1,12%
  • IDX80 128   -2,00   -1,53%
  • IDXV30 139   -0,11   -0,08%
  • IDXQ30 153   -1,86   -1,20%

Qantas pangkas 5.000 karyawan lantaran rugi


Kamis, 27 Februari 2014 / 11:08 WIB
Qantas pangkas 5.000 karyawan lantaran rugi
ILUSTRASI. Cuaca besok Kamis (6/10) dari BMKG di Jawa dan Bali cerah berawan hingga hujan petir. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko.


Sumber: FT | Editor: Sanny Cicilia

SIDNEY. Qantas bakal bermanuver untuk memperbaiki kinerja keuangan. Langkah ini dipastikan setelah maskapai pelat merah Australia ini mengumumkan rugi A$ 252 juta (US$ 226 juta) untuk periode semester pertamanya di akhir Desember lalu.

Ini merupakan kerugian terbesar Qantas sejak diprivatisasi tahun 1995. Penjualan Qantas tercatat A$ 7,9 miliar, turun 4% dibandingkan periode Juni-Desember 2012.

Khawatir dengan penurunan kinerja berturut-turut, Alan Joyce, Chief Executive Qantas dan timnya akan mengeksekusi sekitar 250 langkah penghematan dengan target mengurangi beban A$ 2 miliar dalam tiga tahun mendatang.

"Kami menghadapi masa terberat Qantas," kata Joyce. Dia menunjuk perubahan iklim ekonomi, kenaikan harga bahan bakar, hingga persaingan ketat antar maskapai sebagai penyebab landainya kinerja perusahaan.

Maskapai Kangguru Terbang ini akan memangkas 5.000 pekerja dalam dua tahun ke depan dan mempensiunkan pesawat lebih dini. Qantas juga menangguhkan permintaan tujuh pesawat Airbus dan tiga Boeing. Bahkan, perusahaan ini menjual kembali sewa eksklusif bandara di Brisbane yang seharusnya jatuh tempo 2018 mendatang.

Dari penjualan kembali sewa bandara ini, Qantas mendapat uang kembali US$ 112 juta. Qantas kini menimbang melakukan hal yang sama untuk sewa lapak di bandara Melbourne dan Sidney.

Joyce, yang meramal Qantas belum akan mencetak untung di tahun 2015, meminta pemerintah Australia memberi dukungan utang. Perusahaan berharap, bisa membalap kembali pesaing agresif seperti Virgin Australia.

Dia menilai, Virgin bisa berkespansi agresif lantaran dukungan pemegang saham negara. Saham Virgin saat ini dimiliki oleh Singapore Airlines, Air New Zealand, dan Etihad Airways dari Abu Dhabi. Semuanya merupakan maskapai pelat merah di negara masing-masing.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×