Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Raksasa teknologi Oracle memperkirakan bisnis komputasi awannya bakal melonjak pesat dalam beberapa tahun mendatang.
Perusahaan menargetkan pendapatan dari layanan cloud infrastructure mencapai US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.739 triliun (kurs Rp 16.500) pada tahun fiskal 2030, atau sekitar 75% dari total penjualan pada periode tersebut.
Prediksi ambisius itu disampaikan Chief Executive Officer Oracle Cloud Infrastructure, Clay Magouyrk, dalam pertemuan dengan para analis keuangan pada Kamis (17/10/2025).
Baca Juga: Badan Gizi Nasional Lapor Anggaran Tembus Rp 268 Triliun di 2026, Begini Rinciannya
Ia menegaskan bahwa pesatnya pertumbuhan bisnis cloud Oracle tidak hanya bergantung pada satu pelanggan besar seperti OpenAI, tetapi juga berasal dari berbagai klien korporat lainnya.
“Banyak yang bertanya apakah ini semua hanya karena OpenAI. Faktanya, kami punya banyak pelanggan besar lain,” kata Magouyrk.
Ia menambahkan, dalam satu periode 30 hari di kuartal sebelumnya, Oracle mencatat pemesanan baru senilai US$65 miliar, termasuk kesepakatan senilai US$20 miliar dengan Meta Platforms.
Chief Financial Officer Oracle, Dough Kehring, menambahkan bahwa total pendapatan perusahaan diproyeksikan mencapai US$ 225 miliar dengan laba disesuaikan sekitar US$21 per saham pada tahun fiskal 2030.
Baca Juga: Dana Kelolaan (AUM) BRI-MI Tembus Rp 42,8 Triliun per Agustus 2025
Perkiraan ini jauh melampaui konsensus analis yang memprediksi pendapatan sebesar US$ 198,4 miliar dan laba US$ 18,92 per saham berdasarkan data LSEG.
Pasar saham sempat merespons positif kabar tersebut. Saham Oracle ditutup naik 3% setelah pengumuman proyeksi bisnis cloud, meski kemudian terkoreksi sekitar 2% dalam perdagangan setelah jam bursa akibat panduan laba dan pendapatan yang lebih luas.
Oracle sebelumnya mengumumkan bahwa pihaknya telah mengantongi ratusan miliar dolar dalam bentuk pesanan infrastruktur cloud dan tengah bekerja sama dengan OpenAI dalam proyek senilai US$500 miliar yang mencakup pembangunan lima pusat data baru. Pada kuartal terbaru, pendapatan cloud Oracle naik 28% menjadi US$7,2 miliar.
Meski prospeknya cerah, Oracle juga berupaya menenangkan kekhawatiran investor soal margin keuntungan. Margin kotor perusahaan tercatat 68,7% pada kuartal terakhir, dan para analis memperkirakan akan sedikit menurun pada 2027.
Baca Juga: Depo Bangunan (DEPO) Targetkan Penjualan Tembus Rp 3 Triliun di 2025, Ini Strateginya
Oracle memperkirakan margin disesuaikan untuk bisnis infrastruktur cloud AI berkisar antara 30% hingga 40%, sedangkan layanan cloud tradisional dan perangkat lunak bisnis akan bertahan di kisaran 65% hingga 80%.
Perusahaan juga menegaskan margin tersebut akan stabil sepanjang durasi kontrak. Sebagai ilustrasi, Oracle mencontohkan proyek infrastruktur AI senilai US$ 60 miliar selama enam tahun, di mana biaya tahunan yang dikeluarkan diperkirakan sekitar US$6,4 miliar.
Dengan proyeksi yang melampaui ekspektasi pasar dan laju ekspansi pesat di bisnis cloud, Oracle semakin memantapkan diri sebagai salah satu pemain utama dalam industri komputasi awan global.