Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Dewan Keamanan PBB (UNSC) telah menggelar pertemuan tertutup untuk membahas eskalasi konflik yang terjadi di Gaza akhir pekan lalu. Sayangnya, pertemuan tersebut tidak melahirkan kesepakatan atau pernyataan bersama apa pun.
Meskipun demikian, Amerika Serikat meminta 15 anggota dewan untuk mengecam keras tindakan pejuang palestina merdeka, Hamas. Sejumlah negara pun disebut sepakat dengan AS.
Diplomat senior AS Robert Wood, dikutip Al Jazeera hari Senin (9/10) menyebut ada sejumlah negara yang mengutuk serangan pejuang Hamas tersebut. "Tentu bukan semua (anggota). Anda mungkin bisa menebak salah satu dari mereka tanpa saya memberitahukan," katanya.
Dewan Keamanan PBB menggelar rapat tertutup tersebut selama sekitar 90 menit dan mendengarkan pengarahan dari utusan perdamaian Timur Tengah PBB, Tor Wennesland.
Baca Juga: AS Berencana Kirim Kapal Induk & Jet Tempur untuk Mendukung Israel
Para diplomat yang ditemui seusai mengikuti rapat mengatakan bahwa sejumlah anggota yang dekat dengan Rusia meminta dewan untuk bertindak jauh lebih luas daripada hanya sekadar mengutuk Hamas.
"Pesan saya adalah untuk menghentikan pertempuran sesegera mungkin dan melakukan gencatan senjata serta melakukan negosiasi yang lebih berarti. Hal ini sebagian disebabkan oleh permasalahan yang belum terselesaikan," kata Vassily Nebenzia, Duta Besar Rusia untuk PBB.
Sejalan dengan itu, Uni Emirat Arab mengatakan pihaknya mengharapkan lebih banyak pertemuan dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB untuk membahas konflik tersebut.
"Saya pikir semua orang memahami bahwa saat ini situasinya sangat memprihatinkan. Banyak anggota dewan yang percaya bahwa cakrawala politik akan menuntun kita kepada solusi dua negara, dan itu adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik," ungkap Duta Besar UEA Lana Zaki Nusseibeh.
Baca Juga: Mengenal Hamas: Asal-Usul, Tujuan Gerakan, dan Pendukungnya
Tidak ada wakil dari Palestina dan Israel yang menghadiri pertemuan tersebut, namun Duta Besar Palestina Riyad Mansour meminta para diplomat yang hadir untuk fokus mendesak Israel agar menghentikan pendudukannya di Palestina.
"Sayangnya, bagi beberapa media dan negara, sejarah baru dimulai ketika ada warga Israel yang terbunuh. Ini adalah saat yang tepat untuk memberi tahu Israel bahwa mereka perlu mengubah haluan, bahwa ada jalan menuju perdamaian di mana tidak ada warga Palestina dan Israel yang perlu terbunuh," ungkap Mansour.