Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serangan terbaru Rusia ke kota Dnipro di Ukraina telah menarik perhatian internasional, terutama karena penggunaan rudal baru yang diklaim oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai senjata konvensional dengan kecepatan luar biasa.
Eskalasi ini menunjukkan dinamika baru dalam konflik yang telah berlangsung sejak 2022, membawa tantangan baru bagi Ukraina dan negara-negara pendukungnya.
Ukrainian media claim that it took less than five minutes for the Russian ballistic missile to fly 790 kilometres and hit Yuzhmash plant in the city of Dnipro.
By doing this, the Kremlin is demonstrating what a nuclear strike against anywhere in Europe could look like. It is… pic.twitter.com/g4kdPtNy4C — Leonid Ragozin (@leonidragozin) November 21, 2024
Klaim Rudal Hipersonik
Mengutip ladbible.com, Putin mengklaim bahwa rudal tersebut adalah "rudal konvensional jarak menengah" dengan kemampuan hipersonik, mampu melesat 10 kali kecepatan suara.
Ia menyebut bahwa sistem pertahanan udara modern, termasuk yang dibuat Amerika Serikat di Eropa, tidak dapat mencegat senjata tersebut.
Namun, sebelumnya Ukraina melaporkan bahwa serangan itu berasal dari rudal balistik antarbenua (ICBM), yang akan menjadi penggunaan pertama senjata tersebut dalam peperangan.
Klaim ini kemudian dibantah oleh pejabat AS, yang memastikan bahwa rudal itu bukan ICBM.
Baca Juga: Rusia Tembakkan Rudal Balistik Pertama Kalinya dalam Invasi Skala Penuh ke Ukraina
Menurut laporan media Ukraina, rudal tersebut menghantam pabrik Yuzhmash di Dnipro dalam waktu kurang dari lima menit setelah menempuh jarak 790 kilometer.
Kecepatan ini menunjukkan kemampuan Rusia untuk mengancam wilayah Eropa lainnya dalam waktu yang sangat singkat, memicu kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut.
Tanggapan Putin terhadap Serangan Ukraina
Putin menyatakan bahwa peluncuran rudal ini adalah tanggapan atas penggunaan rudal ATACMS buatan AS dan Storm Shadow buatan Inggris oleh Ukraina untuk menyerang sasaran di wilayah Rusia.
Ukraina sebelumnya tidak diizinkan menyerang wilayah Rusia dengan senjata yang dipasok oleh negara-negara Barat, namun perubahan kebijakan ini memberikan mereka kemampuan untuk merespons agresi Rusia.
Putin juga mengancam akan menggunakan rudalnya untuk menyerang fasilitas militer negara-negara yang menyediakan senjata kepada Ukraina.
Ia menegaskan bahwa Rusia akan merespons dengan tindakan "cermin" terhadap apa yang mereka anggap sebagai eskalasi agresi.
Baca Juga: Buntut Peluncuran Rudal Antarbenua oleh Korut, Korea Selatan Berikan Sanksi Baru
Respon Internasional
Pihak Gedung Putih menyatakan bahwa mereka telah memberi peringatan kepada Ukraina mengenai kemungkinan serangan tersebut sebelum rudal itu diluncurkan.
Karine Jean-Pierre, juru bicara Gedung Putih, menegaskan bahwa eskalasi ini sepenuhnya berasal dari Rusia.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengecam keras serangan tersebut, menyebut Rusia sebagai tetangga yang "gila" dan tidak menghormati martabat, kebebasan, serta nyawa manusia.
Ia juga menyoroti ketakutan Rusia terhadap kebangkitan Ukraina.