kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Rekor Baru! Bumi Sempat Mengalami Hari Terpendek, Begini Penjelasannya


Kamis, 04 Agustus 2022 / 14:50 WIB
Rekor Baru! Bumi Sempat Mengalami Hari Terpendek, Begini Penjelasannya
ILUSTRASI. Rekor Baru! Bumi Sempat Mengalami Hari Terpendek, Begini Penjelasannya


Penulis: Arif Budianto

KONTAN.CO.ID -Jakarta. Rekor baru! Bumi sempat mengalami hari terpendek pada tanggal 29 Juni 2022 lalu. Para ilmuwan menggunakan jam atom untuk mengukur putaran Bumi hingga menemukan bahwa itu merupakan rekor baru hari terpendek setelah tahun 2020.

Melansir dari Earthsky, beberapa waktu lalu Bumi telah mencatat hari terpendeknya sejak para ilmuwan mulai menggunakan jam atom untuk mengukur rotasi planet kita ini.

Pada tanggal 29 Juni 2022, Bumi menyelesaikan satu putaran dalam 1,59 milidetik kurang dari 24 jam. Jadi, Bumi tidak benar-benar berputar selama 24 jam dalam satu hari, justru kurang.

Ini adalah rekor baru sejak tahun 2020 lalu juga mencatat waktu terpendeknya dalam satu putaran atau rotasi Bumi.

Secara umum, putaran Bumi melamabat, meskipun hanya bertahap. Itu sebabnya, kadang-kadang harus menambahkan deti kabisat ke kalender, menurut Earthsky.

Penambahan detik kabisat terakhir kali terjadi pada 31 Desember 2016. Namun, selama beberapa tahun terakhir, putaran Bumi cenderung sedikit lebih cepat.

Kok bisa? Yuk simak penjelasan berikut ini.

Baca Juga: NASA Peringatkan Badai Matahari Mengarah ke Bumi Dalam Waktu Dekat, Ini Dampaknya

Pada pertemuan tahunan ke-19 Asia Soceania Geoscieniences Society yang diadakan pekan ini, beberapa ilmuwan mempresentasikan ide mereka tentang mengapa Bumi bisa melaju lebih cepat.

Secara umum, Bumi akan menyelesaikan rotasinya selama 24 jam. Itu sebabnya, Matahari tampak terbit dan terbenam setiap harinya.

Dan juga, secara umum, dalam waktu yang lama, putaran Bumi melambat. Setiap abad, Bumi membutuhkan beberapa milidetik atau lebih untuk menyelesaikan satu putaran (di mana 1 milidetik sama dengan 0,001 detik).

Berdasarkan pola yang umum ini, bagaimanapun, kecepatan putaran Bumi berfluktuasi alias berubah-ubah. Dari satu hari ke hari beriktunya, waktu yang dibutuhkan Bumi menyelesaikan satu putaran bisa saja naik atau turun sepersekian milidetik.

Para limuwan yang mempelajari rotasi Bumi menggunakna istilah length of day untuk membicarakan seberapa lambat atau cepatnya Bumi berputar.

Panjang hari adalah perbedaan antara waktu yang dibutuhkan Bumi untuk berputar satu kali pada porosnya atau 86.400 detik (yaitu 24 jam).

Ketika length of day meningkat, Bumi berputar lebih lambat. Sebaliknya, ketika berkurang dan angkanya negatif, maka Bumi berputar lebih cepat.

Dalam beberapa tahun terakhir, Bumi berputar semkain cepat. Pada tahun 2020 saja, dilaporkan bahwa Bumi telah mencapai 28 hari terpendeknya sejak pengukuran harian yang akurat menggunakan jam atom dimulai pada tahun 1960-an.

Baca Juga: Fenomena Supermoon Terakhir Tahun 2022 Terjadi Bulan Ini, Catat Tanggalnya

Grafik Hari terpendek Bumi dari tahun 2019 - 2022

Hari terpendek di tahun 2020 adalah -1,47 milidetik yang terjadi pada 19 Juli.

Semakin cepat, di tahun 2021 hari terpendek dalam setahun masih lebih lama dari tahun 2020.

Nah, memasuki tahun 2022 ini, segalanya kembali dipercepat. Tepat pada 29 Juni lalu, Bumi membuat rekor baru untuk hari terpendek di era jam atom, yakni -1,59 milidetik.

Apakah Anda menyadari ini? Terkadang orang menyadari hari terasa lebih cepat atau lambat tergantung apa yang telah mereka lalui pada hari itu juga.

Mungkin kita mengeluh hari terlalu lambat karena masih banyak pekerjaan yang menumpuk atau hari justru terasa lebih cepat ketika kita melakukan hal yang kita sukai.

Leonid Zotov, salah seorang yang terlibat dalam pertemuan Asia Oceania Geosciences Society menambahkan bahwa tidak ada yang tahu pasti apakah panjang hari akan terus berkurang atau sudah mencapai minimum.

"Saya pikir ada kemungkinan 70 persen kita berada di level minimum, dan kita tidak membutuhkan detik kabisat negatif," tambahnya seperti yang dikutip dari Timeanddate.


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×