Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pada Rabu (23/7/2025), Tiongkok memperingatkan risiko gangguan pasokan listrik karena banyak warga yang kesulitan untuk tetap sejuk di tengah rekor cuaca panas yang melanda sebagian besar wilayah negara itu.
Kondisi ini juga memicu peringatan bagi para lansia untuk waspada terhadap sengatan panas.
Reuters memberitakan, menurut pejabat energi setempat, permintaan listrik melampaui 1,5 miliar kilowatt untuk pertama kalinya pekan lalu. Ini merupakan rekor ketiga berturut-turut bagi Tiongkok bulan ini.
"Cuaca bersuhu tinggi akan ... berdampak pada pembangkit dan pasokan listrik," kata pejabat cuaca Chen Hui dalam konferensi pers pada hari Rabu.
Dia menambahkan bahwa hal itu akan memengaruhi produksi tenaga air dan mengurangi efisiensi pembangkit fotovoltaik.
Pihak berwenang akan mengirimkan peringatan untuk memberi tahu penyedia listrik jika langkah-langkah seperti pemangkasan beban puncak dan penyaluran daya lintas wilayah diperlukan, tambah Chen, seorang pejabat Badan Meteorologi Tiongkok.
Baca Juga: Bukan India atau China, Inilah Negara yang Jadi Pembeli Utama Minyak Rusia pada Juni
Akhir pekan lalu, Tiongkok mengumumkan dimulainya pembangunan bendungan yang akan menjadi pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia di Tibet, dengan perkiraan biaya setidaknya US$ 170 miliar. Hal ini menggembirakan para investor, tetapi meresahkan negara-negara tetangga di hilir, seperti India dan Bangladesh.
Proyek ini diperkirakan akan menghasilkan 300 miliar kilowatt-jam listrik per tahun, setara dengan jumlah listrik yang dikonsumsi Inggris tahun lalu, seiring upaya Beijing untuk memenuhi permintaan listrik negara yang terus meningkat.
Menurut Jia Xiaolong, wakil direktur Pusat Iklim Nasional, sejak pertengahan Maret, jumlah hari dengan suhu mencapai 35 derajat Celcius (95 derajat Fahrenheit) atau lebih merupakan yang tertinggi dalam catatan.
Pihak berwenang meminta para lansia untuk tetap berada di dalam ruangan kecuali ada urusan penting, sambil mendesak para pekerja di luar ruangan untuk mengurangi aktivitas pada "hari-hari panas" tersebut.
Baca Juga: Negara-Negara Tetangga China Cemas dengan Mega Bendungan Barunya, Mengapa?