Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Komisaris Pertahanan Uni Eropa yang pertama telah mengeluarkan peringatan keras: momen paling berbahaya di dunia bisa segera tiba pada 2027. Yakni Ketika Rusia dan Tiongkok mungkin melakukan koordinasi langkah-langkah agresif yang dirancang untuk menghancurkan pertahanan Barat.
Mengutip Fox News, Andrius Kubilius, Komisaris Uni Eropa untuk Pertahanan dan Antariksa, menggemakan pernyataan terbaru Jenderal Angkatan Udara AS Alexus Grynkewich, Panglima Tertinggi NATO untuk Operasi Udara.
Kedua pejabat tersebut menyoroti 2027 sebagai tahun yang berpotensi menjadi titik kritis ketika aksi militer simultan oleh Moskow dan Beijing dapat meregangkan aliansi transatlantik hingga batas maksimalnya.
"Momen paling berbahaya bisa terjadi pada 2027, ketika Rusia dan Tiongkok akan melakukan langkah-langkah agresif ini secara terkoordinasi," kata Kubilius kepada wartawan dalam sebuah pengarahan di Washington.
Grynkewich telah memperingatkan pekan lalu bahwa Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa harus siap menghadapi dua perang secara bersamaan. Satu di Eropa, jika Presiden Rusia Vladimir Putin meningkatkan eskalasi di Ukraina atau Eropa Timur. Dan satu lagi di Pasifik jika Presiden Tiongkok Xi Jinping melancarkan invasi ke Taiwan.
"Kita akan membutuhkan semua perlengkapan, peralatan, dan amunisi yang kita miliki untuk mengatasinya," kata Grynkewich.
Baca Juga: Setelah Ancaman Trump, China Janjikan Dukungan Lebih Besar untuk Rusia
Dalam pidatonya Senin malam, Kubilius mengatakan AS memiliki hak dan alasan untuk mengalihkan fokusnya ke Tiongkok.
"Kami menyadari bahwa Anda, rakyat Amerika, benar-benar memiliki hak dan alasan dalam perspektif jangka panjang untuk mulai bergeser lebih jauh ke Indo-Pasifik guna memitigasi meningkatnya kekuatan militer Tiongkok," katanya.
"Kita, bangsa Eropa, perlu meningkatkan kemampuan pertahanan kita. Itulah yang sedang kita lakukan," ujar mantan perdana menteri Lithuania tersebut.
Peringatan mereka sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran di kalangan lembaga pertahanan AS atas apa yang sering disebut sebagai "Jendela Davidson". Ini merupakan sebuah istilah yang dicetuskan oleh mantan kepala Komando Indo-Pasifik, Laksamana Philip Davidson, yang bersaksi di hadapan Kongres pada tahun 2021 bahwa Tiongkok dapat mencoba untuk bersatu kembali secara paksa dengan Taiwan pada tahun 2027.
Penilaian tersebut sejak saat itu menjadi tolok ukur yang banyak dikutip oleh para perencana militer yang bersiap menghadapi potensi krisis di Indo-Pasifik.
AS diperkirakan akan segera mengurangi postur pasukannya di Eropa untuk mengalihkan lebih banyak perhatian ke Indo-Pasifik.
Baca Juga: SIPRI: China Tambah 100 Hulu Ledak Nuklir per Tahun, Kejar AS dan Rusia