Reporter: Hari Widowati | Editor: Test Test
WASHINGTON. Dua tahun setelah Barack Obama menduduki kursi kepresidenan, Partai Republik bangkit. Selasa (2/11) malam, Republik menjadi penguasa Kongres Amerika Serikat (AS) dengan 239 kursi atau 56 kursi lebih banyak dibandingkan perolehan kursi Partai Demokrat, sebanyak 183 kursi.
"Di seluruh pelosok negeri, kita menyaksikan penolakan terhadap politisi yang enggan mendengarkan keinginan rakyat," ujar John A. Boehner, Anggota Partai Republik, dalam pidato kemenangan Partai Republik, Selasa (2/11) malam waktu setempat.
Kemenangan Republik ini mau tidak mau akan mempengaruhi sejumlah kebijakan ekonomi dan politik AS, meskipun Partai Demokrat masih menguasai kursi Senat.
Malam itu juga, Obama menelepon Boehner dan pemimpin senat dari Partai Republik Mitch McConnell. Obama menyatakan akan bekerja sama dengan Partai Republik untuk menyamakan pandangan dan menentukan kebijakan yang diperlukan rakyat AS.
Juru Bicara Kongres AS dari Partai Demokrat Nancy Pelosi menjelaskan, hasil pemilu kongres ini tidak akan menghapus kebijakan yang telah disusun pemerintahan Obama. "Kita harus berjuang untuk menyamakan pandangan untuk mendukung masyarakat kelas menengah, menciptakan lapangan kerja, menurunkan defisit, dan memajukan negeri ini," tandas Pelosi.
Kebijakan probisnis
Bagi para pelaku pasar, kemenangan Partai Republik sesuai ekspektasi mereka. Perusahaan-perusahaan raksasa seperti Goldman Sachs Group Inc hingga Wellpoint Inc bakal bisa melemahkan kebijakan Obama yang dinilai tidak bersahabat dengan kalangan bisnis, misalnya, reformasi kesehatan, masalah lingkungan hidup, perpajakan, dan reformasi keuangan. "Rakyat AS memilih untuk lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, serta menolak kebijakan-kebijakan Obama," timpal Thomas Donohue, Ketua Kamar Dagang AS.
Jay Timmons, Senior Vice President Asosiasi Industri Manufaktur Nasional di Washington, juga memiliki penilaian serupa. "Partai Republik akan menggunakan kekuatannya di kongres untuk membendung Rancangan Undang-Undang Kesehatan yang diajukan Obama, juga alokasi anggaran lainnya," ungkap dia.
Para pengamat politik dan pelaku usaha menilai, kemenangan partai aliran konservatif ini akan membawa angin segar bagi para pengusaha. Seperti halnya era kepemimpinan George Bush, perusahaan-perusahaan di AS akan mendapatkan potongan pajak lebih dari US$ 250.000 setahun. Ini jelas berlawanan dengan rencana Obama meningkatkan pajak bagi keuntungan perusahaan dari investasi mereka di luar negeri. Sepertinya, kebijakan ekonomi AS bakal benar-benar liberal di tangan Partai Republik.
Setelah pemilu kongres berakhir, para pelaku pasar kini menanti hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Seperti yang ditulis KONTAN sebelumnya, Federal Reserve diperkirakan akan menggelontorkan dana US$ 500 miliar - US$ 1 triliun untuk membeli aset-aset dari pasar keuangan. Kebijakan ini berisiko membuat inflasi melonjak dan nilai tukar dollar AS terpuruk.