Reporter: Rika Theo |
BERLIN. Ekonomi zona euro masih redup. Kuartal ini, resesi masih berlangsung di Eropa dan menggenapi rekor resesi enam kuartal penuh.
Pendapatan Domestik Brutto (PDB) 17 negara dalam zona euro merosot 0,2%, setelah di kuartal sebelumnya juga melambat 0,6%. Data tersebut dirilis Kantor Statistik Uni Eropa hari ini (14/5).
Jika dibandingkan setahun lalu, ekonomi zona euro sudah berkontraksi 1%.
Perlambatan ini sudah menyebar ke jantung Eropa. Ekonomi Jerman, denyut ekonomi zona Euro, tumbuh lebih rendah ketimbang prediksi di kuartal pertama ini. Jerman hanya tumbuh 0,1% di kuartal I.
Rekannya, Prancis tergusur ke jurang resesi dengan melambat 0,2%. Italia pun melambat lebih dalam yakni sebanyak 0,5%.
Bulan ini, bank sentral Eropa sudah memangkas bunga acuannya ke rekor terendah 0,5%. Presiden Mario Draghi mengatakan, ECB siap memangkas bunga lagi jika dibutuhkan.
Ekonom IHS Global Insight Howard Archer mengatakan, resesi di kuartal pertama tersebut akan menekan ECB untuk mengambil langkah lebih jauh guna mendorong pertumbuhan. "Pemangkasan bunga ke 0,25% tampaknya lebih mungkin terjadi. Sementara ECB juga akan terus mencermati bunga simpanan yang negatif dan cara memperoleh kredit melalui perusahaan-perusahaan yang lebih kecil," tuturnya.
Setelah pengumuman resesi Eropa, nilai tukar euro melanjutkan pelemahannya. Pada pukul 12.08 waktu Brussel, euro melemah 0,3% ke US$ 1,2884.
Di sisi lain, kelamnya perekonomian Eropa kontrak dengan kondisi Inggris. Bank of England menaikkan prediksi ekonomi Inggris. Bahkan berkata, Inggris dapat mencapai target inflasi 2% lebih cepat dari perkiraan.
Meramal berakhirnya resesi
ECB memprediksi ekonomi zona euro akan melambat 0,5% tahun ini. Sebelumnya, Komisi Eropa meramalkan kontraksi hanya sebesar 0,4%.
Walau begitu, ECB meyakini zona euro akan keluar dari resesi di kuartal ketiga, setelah melalui stagnasi di kuartal kedua nanti.
"Sedikit pemulihan di semester kedua masih mungkin, namun itu butuh perbaikan kepercayaan. Karenanya, penting bagi para pemimpin zona euro untuk menjaga momentum penguatan monetary union sebagai hambatan pertama yang harus diatasi," kata Peter Vanden Houte, ekonom ING Bank NV di Brussels.
Sementara itu, zona Euro juga menghadapi kenaikan angka pengangguran. Tingkat pengangguran Eropa mencapai rekornya sebesar 12,1% seiring dengan kenaikan pajak dan pemangkasan bunga Eropa.