Reporter: Annisa Fadila | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Seluruh restoran di Korea Selatan turut khawatir terkait meningkatnya pengguna Delivery Hero. Hal itu dikarenakan Delivery Hero’s meraup untung sebesar US$4 miliar terhadap saingan lokalnya.
Langkah itu dikhawatirkan dapat merusak kompetisi dan menyebabkan biaya yang lebih tinggi.
Baca Juga: GM dan LG Chem akan patungan US$ 2,3 miliar untuk bangun pabrik baterai di Ohio
Dilansir dari Reuters, operator Delivery Hero mengatakan bulan lalu pihaknya setuju untuk bersaing dengan Woowa Brother yang didukung oleh Goldman Sachs dalam kesepakatan yang tunduk pada persetujuan antimonopli.
Persaingan antara kedua perusahaan itu dikhawatirkan dapat menciptakan entitas dengan pangsa pasar gabungan yang porsinya hampir 99% dalam aplikasi pengiriman makanan. Hal itu menurut platform data terbesar, IGA Works.
Pemilik restoran yang telah berjuang menghadapi ekonomi yang melambat kerap khawatir pemain dominan nantinya akan meningkatkan komisi yang dikenakan biaya untuk menerima pesanan melalui aplikasi mereka.
“Masalah terbesar adalah perusahaan dapat memindahkan pasar ke arah apapun yang mereka inginkan.” Jelas pemilik restoran waralaba Kim Kyung-Moo selaku pada saat konferensi pers.
Baca Juga: Luncurkan serial perdana, Disney+ jadi ancaman nyata bagi dominasi Netflix
Pemilik restoran, jasa pesan antar makanan serta anggota parlemen mendesak komisi perdagangan agar dapat adil untuk meninjau keseluruhan potensi merger. Menurut mereka, hal itu dapat membatasi pilihan atau selera konsumen.
Juru bicara Woowa Brother menjelaskan kepada Reuters kalau perusahaannya tidak berencana untuk meningkatkan biaya komisi.
Korea Selatan yang merupakan negara dengan populasi padat dan tingginya penggunaan smartphone tergolong menduduki peringkat keempat terkait banyaknya pengguna jasa pesan antar makanan. Hal itu dibuktikan dengan laba yang diperoleh setiap tahun sebesar US$ 5,9 miliar.