Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NAIROBI. Kurangnya keahlian dalam mengendalikan hama bukan satu-satunya masalah Afrika Timur: Kenya sementara ini kehabisan pestisida, Ethiopia membutuhkan lebih banyak pesawat; dan Somalia dan Yaman, yang dilanda perang saudara, tidak dapat menjamin keselamatan pembasmi hama.
Melansir Reuters, kawanan belalang telah tercatat di wilayah itu sejak zaman Alkitab, tetapi pola cuaca yang tidak biasa yang diperburuk oleh perubahan iklim telah menciptakan kondisi ideal bagi jumlah serangga untuk meningkat tajam, kata para ilmuwan.
Laut yang lebih hangat menciptakan lebih banyak hujan, membangunkan telur yang tidak aktif, dan topan yang menyebarkan kawanan belalang semakin kuat dan lebih sering terjadi.
Baca Juga: Inilah 10 rekomendasi penyelamatan ekonomi Indonesia dari dampak virus corona
Di Ethiopia, belalang telah mencapai tanah pertanian Lembah Rift yang subur dan menelanjangi lahan penggembalaan di Kenya dan Somalia. Kawanan belalang ini dapat melakukan perjalanan hingga 150 km (93 mil) sehari dan mengandung antara 40-80 juta belalang per kilometer persegi.
Jika dibiarkan, Organisasi Pangan dan Pertanian AS (FAO) memperingatkan, jumlah belalang di Afrika Timur bisa meledak 400 kali lipat pada bulan Juni. Itu akan menghancurkan panen di suatu wilayah dengan lebih dari 19 juta orang kelaparan.
Uganda telah mengerahkan militer untuk mengatasi hal ini. Kenya telah melatih ratusan taruna muda untuk menyemprot hama. Karena tidak memiliki pestisida, beberapa pasukan keamanan di Somalia telah menembakkan senjata anti-pesawat ke kawanan yang membuat langit semakin gelap.
Baca Juga: Indonesia masuk jajaran 10 negara produsen emas terbesar dunia, di posisi berapa?
Semua orang berpacu dengan hujan yang diprediksi turun pada bulan Maret. Sebelum musim hujan seperti saat ini, generasi larva berikutnya sudah menggeliat dari tanah, sama seperti petani menanam benih mereka.
"Gelombang kedua akan datang," kata Cyril Ferrand, kepala ketahanan FAO untuk Afrika Timur. "Saat tanaman ditanam, belalang akan memakan segalanya."
Sejauh ini dampaknya terhadap pertanian, yang menghasilkan sekitar sepertiga dari output ekonomi Afrika Timur, tidak diketahui. Akan tetapi FAO menggunakan gambar satelit untuk menilai kerusakan, katanya.
Menurut Stanley Kipkoech, seorang pejabat senior di Kementerian Pertanian, di Kenya, negara terkaya dan paling stabil di kawasan ini, kebanyakan belalang berada di semi-arid utara.
Baca Juga: Kejar target pendapatan Rp 9 triliun tahun ini, berikut strategi bisnis Elnusa (ELSA)
"Bulan ini, Kenya kehabisan pestisida selama sekitar satu setengah minggu," katanya. Petani menyaksikan tanpa daya ketika tanaman keluarga mereka dimakan belalang.
Di Ethiopia, pemerintah hanya bisa menyewa empat pesawat untuk penyemprotan udara, tetapi perlu setidaknya dua kali jumlah itu untuk menahan wabah sebelum panen dimulai pada bulan Maret, Zebdewos Salato, direktur perlindungan tanaman di Kementerian Pertanian, mengatakan kepada Reuters.
"Kami kehabisan waktu," katanya.
Pabrik pestisida tunggal Ethiopia bekerja habis-habisan.
Baca Juga: Gara-gara Donald Trump ngambek, RI dicoret dari daftar negara berkembang
Negara ini membutuhkan 500.000 liter pestisida untuk panen dan musim tanam yang akan datang tetapi sedang berjuang untuk menghasilkan maksimumnya 200.000 liter setelah kekurangan valuta asing menunda pembelian bahan kimia, kata kepala eksekutif pabrik itu Simeneh Altaye.
FAO membantu pemerintah untuk pengadaan pesawat, kendaraan dan penyemprot, kata Fatouma Seid, perwakilan badan itu di Ethiopia. Mereka juga sedang berusaha membeli pestisida dari Eropa.