Sumber: Fortune | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ribuan pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera Portugal dan menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh semangat turun ke jalan di Lisbon pada hari Minggu untuk menyuarakan kemarahan mereka terhadap imigrasi yang dianggap "ilegal" dan "tidak terkendali."
Aksi ini dipelopori oleh partai sayap kanan Chega, yang kini menjadi kekuatan politik ketiga terbesar di negara tersebut.
Para demonstran bergerak di belakang spanduk yang menuntut "penghentian imigrasi massal" serta deportasi bagi imigran yang terbukti melakukan tindak kriminal. Partai Chega, yang semakin populer, mengkritisi kebijakan imigrasi saat ini dan menyerukan pengaturan yang lebih ketat.
Baca Juga: Selain Brazil, Sederet Negara Ini juga Pernah dan Masih Memblokir X (Twitter)
Kekhawatiran tentang Keamanan dan Ketertiban
Salah satu pengunjuk rasa, Cecilia Guimaraes, seorang guru berusia 66 tahun yang orang tuanya dulu bermigrasi ke Kanada, mengatakan bahwa imigrasi memang "sangat baik," tetapi menegaskan pentingnya aturan yang jelas.
"Kami berimigrasi secara legal. Itulah cara yang seharusnya terjadi di negara maju," ujarnya, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap meningkatnya rasa tidak aman yang dikaitkan dengan kedatangan imigran asing.
Pandangan ini sejalan dengan pernyataan politisi Chega, Rui Afonso, yang mengungkapkan bahwa Portugal dan negara-negara Eropa lainnya kesulitan mengontrol arus masuk imigran, sehingga menciptakan "perasaan tidak aman" karena "kita tidak tahu latar belakang mereka."
Menurutnya, negara-negara Eropa belum siap untuk menampung imigran secara layak, yang sering kali akhirnya "terpaksa hidup di jalanan dan terjerumus ke dalam kriminalitas."
Baca Juga: Bentrokan di Tepi Barat, Tentara Israel Bunuh Belasan Warga Palestina
Ketegangan di Tengah Masyarakat
Protes ini juga dihadiri oleh pemimpin Chega, Andre Ventura, yang partainya berhasil melipatgandakan jumlah kursi dalam pemilu tahun ini. Namun, ketegangan muncul ketika para demonstran mendekati kawasan kelas pekerja dengan populasi imigran yang besar.
Beberapa pengunjuk rasa terlibat dalam perseteruan dengan aktivis pro-imigrasi yang mendukung Portugal yang terbuka bagi warga asing.
Poster-poster bertuliskan "Tidak ada Portugal tanpa imigran" juga menghiasi dinding dan halte bus sepanjang rute protes, menunjukkan adanya perbedaan pendapat yang tajam di antara masyarakat terkait isu ini.
Kebijakan Imigrasi yang Diperketat
Jumlah warga asing yang tinggal di Portugal melonjak sebesar 33,6 persen tahun lalu, mencapai lebih dari satu juta orang atau sekitar sepersepuluh dari total populasi, menurut data dari Badan Integrasi, Migrasi, dan Suaka.
Baca Juga: Ricuh Demonstrasi Mahasiswa di Bangladesh, Koneksi Internet Diputus Sementara
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah yang berhaluan kanan-tengah telah memperketat kebijakan imigrasi sejak bulan Juni. Salah satu langkah yang diambil adalah mencabut kebijakan yang sebelumnya memungkinkan imigran untuk mengajukan legalisasi jika mereka dapat membuktikan telah bekerja selama minimal satu tahun, meskipun mereka masuk ke negara itu secara ilegal.
Perubahan kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah Portugal mulai merespon tekanan dari kelompok-kelompok yang khawatir tentang dampak imigrasi terhadap keamanan dan ekonomi lokal.
Namun, perdebatan mengenai bagaimana menangani imigrasi dengan cara yang adil dan manusiawi masih terus berlanjut, dengan kedua belah pihak bersikeras pada pandangan masing-masing.