Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
Bloomberg's Vaccine Tracker menunjukkan 4,54 juta dosis diberikan rata-rata di seluruh dunia setiap hari selama seminggu terakhir. Namun penyebarannya vaksinasi ini jauh dari kata merata, sebab rasio vaksinasi di Amerika Serikat (AS) dan Inggris membentuk sekitar 40% dari 119,8 juta dosis yang diberikan secara global.
Sedangkan negara berkembang melakukan vaksinasi yang lebih lambat. Di benua Afrika misalnya, hanya Mesir, Maroko, Seychelles dan Guinea yang tercatat telah memberikan vaksin. Sedangkan sebagian besar Asia Tengah dan Amerika Tengah belum mulai vaksinasi, atau bergerak lambat.
Berarti, negara-negara berkembang berisiko jatuh lebih jauh di belakang secara ekonomi. Hal ini akan membatasi ruang untuk untuk pemulihan ekonomi sebab melemahnya permintaan akan barang-barang dan pasokan suku cadang manufaktur dari negara berkembang.
Baca Juga: Revolusi baru Rusia, Vladimir Putin takut dibunuh seperti Muammar Gaddafi
Lebih buruk lagi, bila vaksinasi tidak dilakukan, maka membuka potensi mutasi virus yang lebih sulit ditahan. Lebih lanjut akan menghasilkan krisis kesehatan dan ekonomi yang baru.
“Dengan virus yang bermutasi, tidak ada negara yang aman sampai seluruh dunia divaksinasi dan mencapai kekebalan kelompok,” kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank Kim Eng Research Pte di Singapura.
Sedangkan Bloomberg Economics menyatakan peluncuran vaksin yang lambat menghadirkan risiko serius bagi pandangan kami. Wabah virus yang tidak terkendali berarti negara berkembang akan terus berkinerja buruk dalam jangka panjang. Virus dapat memperburuk masalah negara berkembang lainnya dan stagnasi pra-pandemi dapat terus berlanjut.