kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risiko fiskal Amerika Serikat masih menghantui pasar


Sabtu, 10 Februari 2018 / 11:00 WIB
Risiko fiskal Amerika Serikat masih menghantui pasar


Reporter: Avanty Nurdiana, Khomarul Hidayat | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Sumber ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat (AS) berkurang. Melalui voting, Jumat (9/2), Kongres AS akhirnya menyetujui tambahan belanja Pemerintah AS sebanyak US$ 300 miliar.

Gara-gara anggaran ini, AS sempat beberapa jam menghentikan kegiatan pemerintahan (shutdown). Maklum, hingga Kamis (8/2) tengah malam, Kongres AS belum menyetujui undang-undang anggaran belanja. Ini adalah penghentian aktivitas pemerintahan AS yang kedua kali di tahun ini.

Untunglah, penghentian pemerintahan AS hanya berlangsung beberapa jam. Bloomberg melaporkan, hasil voting di Kongres AS menunjukkan, 240 suara setuju bujet belanja AS dinaikkan, sementara 186 suara menolaknya.

Drama pembahasan tambahan anggaran belanja AS itu sempat membuat saham global berjatuhan. Indeks acuan S&P 500 turun 3,75% pada Kamis (8/2), dan sudah turun 10% sejak puncaknya pada 26 Januari 2018.

Tadi malam, indeks bursa Wall Street dibuka rebound. Hingga pukul 22.00 WIB, Jumat (9/2) Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka menguat 0,95% menjadi 24.087,49. Pun indeks S&P 500 naik 0,96% menjadi 2.606. Begitu pula Indeks Nasdaq menguat 1,16% ke level 6.855,86.

Seperti dikutip Reuters, tambahan anggaran tersebut antara lain untuk belanja pertahanan sebesar US$ 165 miliar. Serta senilai US$ 131 miliar untuk belanja domestik, termasuk pendanaan perawatan kesehatan, dan infrastruktur.

Satu sisi, tambahan belanja itu bisa menjadi stimulus bagi ekonomi AS. Namun di lain sisi juga menimbulkan masalah lain: defisit anggaran yang kian membengkak.

Apalagi belanja tambahan tersebut tidak diimbangi dengan penghematan anggaran lain atau kenaikan pendapatan. Jadi, semuanya akan ditambal dengan utang. Padahal Kongres AS memutuskan untuk menunda usulan kenaikan plafon utang AS sampai tahun mendatang.

Komite Nonpartisan untuk Anggaran Federal AS menganalisis, kesepakatan tersebut akan menambah defisit anggaran AS sebanyak US$ 320 miliar, dan bertambah US$ 416 jika plus bunganya. Defisit tersebut belum termasuk efek keputusan pemangkasan pajak senilai US$ 1 triliun.

Moody's Investors Service pun mengingatkan, peringkat kredit AS akan tertekan di tahun-tahun mendatang. Sebab beban utang Negara Adikuasa ini membengkak dan defisit anggaran kian melebar. "Peringkat AS menghadapi tekanan ke bawah dalam jangka panjang, karena kemerosotan fiskal yang berarti," tulis analis Moody's Sarah Carlson dan Yves Lemay seperti dikutip Bloomberg, Jumat (9/2).

Pada saat bersamaan, kenaikan bunga The Fed justru berpotensi menambah biaya fiskal AS. Celakanya, tidak ada upaya mengurangi biaya tersebut maupun meningkatkan pendapatan tambahan. Dus, meski ketidakpastian berkurang, pasar masih dihantui risiko fiskal AS ini.




TERBARU

[X]
×