Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penulis buku keuangan terkenal, Robert Kiyosaki, kembali mengeluarkan pernyataan tegas mengenai kondisi ekonomi global.
Menurutnya, dunia saat ini tengah memasuki resesi, sebuah prediksi yang telah ia sampaikan sejak lebih dari satu dekade lalu.
Resesi dan Dampaknya terhadap Inflasi serta Pengangguran
Dalam sebuah unggahan di platform X pada 26 Maret 2025, Kiyosaki menegaskan bahwa tanda-tanda resesi sudah jelas terlihat, terutama dari meningkatnya inflasi dan angka pengangguran.
"Faktanya, dunia sedang mengalami resesi. Faktanya, inflasi meningkat, begitu juga dengan pengangguran," ujarnya.
Is The WORLD in a RECESSION?
I say “Yes.” And I have been doing my best to warn people since I wrote Rich Dad ‘s Prophecy in 2012.
Q: Is it too late to learn and make changes?
A: NO. But time on your side and time is always an asset to you.
In my previous X I compared… — Robert Kiyosaki (@theRealKiyosaki) March 26, 2025
Meskipun resesi sering kali memicu ketakutan di kalangan investor, penulis buku Rich Dad Poor Dad ini justru melihatnya sebagai peluang bagi mereka yang memahami strategi keuangan yang tepat.
"Pertanyaan terpenting adalah, ‘Apa yang akan Anda lakukan menghadapi resesi ini? Apakah resesi ini akan membuat Anda lebih kaya atau lebih miskin? Keputusan ada di tangan Anda, dan pilihan pendidikan keuangan bisa didapat secara gratis," tambahnya.
Rekam Jejak Prediksi Ekonomi Robert Kiyosaki
Kiyosaki dikenal sering mengeluarkan peringatan terkait potensi kehancuran pasar keuangan. Namun, beberapa prediksinya tidak selalu terbukti akurat, yang menyebabkan sebagian analis dan investor menganggapnya terlalu sensasional.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Bagikan Rahasia Gratis Jadi Kaya Raya saat Resesi Global
Meskipun demikian, ia tetap konsisten dalam menyarankan langkah-langkah perlindungan kekayaan, termasuk investasi di aset alternatif seperti emas, perak, dan Bitcoin (BTC). Kiyosaki bahkan menyebut Bitcoin sebagai "peluang terbesar dalam sejarah" dan memperkirakan harganya bisa mencapai $500.000 dalam beberapa tahun ke depan.
Ketakutan akan Resesi Semakin Meningkat
Sejumlah indikator ekonomi menunjukkan bahwa kekhawatiran akan resesi semakin meningkat. Misalnya, indeks ekspektasi konsumen dari Conference Board turun 9,6 poin pada Maret 2025 menjadi 65,2, jauh di bawah ambang batas 80 yang sering dijadikan indikator peringatan resesi.
Selain itu, volatilitas di pasar saham semakin terasa, dengan S&P 500 sempat memasuki fase koreksi meskipun menunjukkan sedikit kenaikan dalam beberapa pekan terakhir.
Data dari University of Michigan dan New York Federal Reserve juga mencerminkan pesimisme keuangan di kalangan rumah tangga Amerika Serikat.
Baca Juga: Robert Kiyosaki: Menabung untuk Pensiun Itu Salah Besar! Inilah Cara yang Benar
Sementara itu, laporan dari Rosenberg Research mengungkap bahwa 44 negara bagian di AS mengalami kenaikan tingkat pengangguran setidaknya 0,5% sejak titik terendah siklus ekonomi mereka, yang sering menjadi sinyal awal terjadinya resesi.
Lebih lanjut, faktor lain seperti kenaikan tarif impor dan pemotongan anggaran belanja federal turut membebani daya beli masyarakat. Kendati demikian, belanja konsumen tetap stabil, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan tinggi dan generasi muda yang lebih tahan terhadap ketidakpastian ekonomi.