Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. CEO sekaligus Co-founder Robinhood Markets Inc, Vlad Tenev, mengungkapkan rencananya untuk meluncurkan layanan rekening dana pensiun Amerika Serikat (AS). Pialang online ini sekarang sudah memiliki sekitar 18 juta akun investasi yang didanai di platformnya dan sebagian besar dipegang oleh investor ritel.
Mengutip Reuters, dengan menawarkan rekening pensiun individu (IRA) dan Roth IRA, akan memungkinkan Robinhood memanfaatkan pasar yang luas. Penduduk AS saat ini memegang US$ 12,6 triliun di IRA hingga akhir Maret atau naik 2,8% dari posisi pada akhir Desember 2020.
"Kami tertarik untuk membangun lebih banyak jenis akun, termasuk IRA dan Roth IRA, kami telah mendengar banyak dari pelanggan kami. Kami ingin menjadikan investor pertama kali menjadi investor jangka panjang," kata Tenev.
IRA memang dinilai lebih cocok untuk investasi jangka panjang. Berbeda dengan kebanyakan pengguna Robinhood karena flip cepat dalam saham, opsi, dan mata uang kripto.
"Namun, kami melihat bukti bahwa mayoritas pelanggan kami lebih sering melakukan pembelian dan menahan investasinya," tambah Tenev.
Baca Juga: Robinhood incar nilai valuasi hingga US$ 35 miliar saat gelar IPO
Saat ini, Robinhood menargetkan valuasi hingga US$ 35 miliar dalam rencana penawaran umum saham perdana alias IPO. Perusahaan ini juga berniat mengalokasikan 20% hingga 35% saham yang ditawarkan dalam IPO untuk kepada penggunanya dan menjadi sebuah langkah yang tidak biasa dalam IPO.
Robinhood meluncurkan platform IPO Access awal tahun ini untuk memungkinkan pengguna aplikasi ini membeli IPO perusahaan lain jika dapat menegosiasikan kesepakatan dengan bank investasi yang menanganinya.
Namun, beberapa investor ritel menyerukan boikot IPO Robinhood di Reddit dan media sosial lainnya atas penanganan perdagangan saham 'meme' pada bulan Januari yang hiruk-pikuk.
Robinhood sebelumnya membatasi pembelian saham pada GameStop Corp dan saham lain yang dipertaruhkan oleh hedge fund, dengan alasan itu diperlukan untuk stabilitas keuangan dan operasional platformnya.
Tenev mengatakan dalam kesempatan yang sama bahwa Robinhood telah berinvestasi dalam stabilitas platformnya untuk menghindari insiden serupa lainnya.
Popularitas Robinhood telah melonjak selama 18 bulan terakhir dari pembatasan sosial yang disebabkan oleh virus corona yang membuat banyak investor ritel tetap di rumah.
Misi mereka adalah mendemokratisasi keuangan untuk semua dengan memungkinkan pengguna untuk melakukan perdagangan bebas komisi tanpa batas di saham, dana yang diperdagangkan di bursa, opsi dan aset kripto.
Namun hal tersebut menuai kritik karena mengandalkan "pembayaran untuk aliran pesanan" bagi sebagian besar pendapatannya. Dengan artian, ia menerima biaya dari pembuat pasar untuk mengarahkan perdagangan kepada mereka dan tidak membebankan biaya kepada pengguna untuk perdagangan ritel.
Baca Juga: Incar valuasi jumbo, perusahaan teknologi ramai-ramai IPO
Kritikus berpendapat bahwa praktik tersebut menciptakan konflik kepentingan, dengan alasan bahwa hal itu mendorong pialang untuk mengirim pesanan kepada siapa pun yang membayar biaya yang lebih tinggi. Robinhood berpendapat bahwa mereka mengarahkan perdagangan berdasarkan apa yang termurah bagi penggunanya dan membebankan komisi justru akan lebih mahal.
"Jika larangan atau batasan lain diberlakukan, kami percaya Robinhood dan industri akan beradaptasi dan mengeksplorasi sumber pendapatan lain," kata Kepala keuangan Robinhood Jason Warnick