Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Penduduk Shanghai mengalami penguncian selama dua bulan yang berakhir pada 1 Juni, dengan banyak yang kehilangan pendapatan dan berjuang untuk menemukan kebutuhan dasar mereka. Ratusan orang meninggal dan ratusan ribu orang lainnya terinfeksi selama dua bulan itu.
Pada hari Kamis, banyak daerah di Shanghai yang tampak sepi seperti saat pemberlakuan lockdown. Pasalnya, banyak penduduk yang mengisolasi diri dan bisnis terpaksa tutup karena staf jatuh sakit.
"Semua karyawan kami sakit," kata seorang pekerja supermarket bermarga Wang saat menutup pintu. Dia mengatakan dia berharap untuk membuka kembali pada 30 Desember.
Bloomberg News melaporkan, terlepas dari infeksi baru, sisa terakhir dari kebijakan "COVID Zero" sedang dihapus. China berencana untuk memotong persyaratan karantina untuk pelancong luar negeri pada bulan Januari.
Para ahli mengatakan China dapat menghadapi lebih dari satu juta kematian akibat COVID tahun depan, mengingat tingkat vaksinasi penuh yang relatif rendah di antara populasi lansia yang rentan.
Baca Juga: COVID-19 China: Warga Harus Tunggu hingga Berhari-hari untuk Kremasi atau Bayar Mahal
Data pemerintah menunjukkan, tingkat vaksinasi China lebih dari 90% tetapi tingkat untuk orang dewasa yang telah menerima suntikan penguat turun menjadi 57,9%, dan menjadi 42,3% untuk orang berusia 80 tahun ke atas.
Rekaman dari sebuah rumah sakit Beijing di televisi negara CCTV menunjukkan barisan pasien lanjut usia di unit perawatan intensif bernapas melalui masker oksigen. Tidak jelas berapa banyak dari mereka yang mengidap COVID.
Wakil direktur departemen gawat darurat rumah sakit, Han Xue, mengatakan kepada CCTV bahwa mereka menerima 400 pasien setiap hari, empat kali lebih banyak dari biasanya.
"Pasien-pasien ini semuanya adalah orang lanjut usia yang memiliki penyakit bawaan, demam dan infeksi pernapasan, dan mereka berada dalam kondisi yang sangat serius," kata Han.