Sumber: The Telegraph | Editor: Dikky Setiawan
CANBERA. Pernyataan mengejutkan keluar dari mulut miliuner asal Australia, Clive Palmer. Pengusaha pertambangan itu berencana menuntut raja media Rupert Murdoch atas tulisan salah satu medianya.
Palmer murka setelah membaca tulisan di salah satu media Australia milik Murdoch, yang bertanya apakah dirinya memang seorang profesor dan raja pertambangan seperti yang diklaimnya.
Dalam reaksi kemarahannya, Palmer mengatakan kepada wartawan, Murdoch yang merupakan kelahiran Australia dan kini menjadi warga negara Amerika Serikat, harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
"Murdoch akan digugat oleh saya hari ini dan akan dibawa ke Australia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di pengadilan," kata dia kepada Seven Network .
"Sudah waktunya orang ini dibawa untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Orang asing ini yang mencoba mendikte apa yang kita lakukan," imbuh Palmer.
Media yang tidak disebutkan identitasnya itu, menurunkan artikel di halaman depan dengan judul: "Mengapa kita perlu khawatir tentang realitas Palmer".
Di dalam tulisan, media tersebut menuding Palmer sebagai sosok seorang pria dengan sejarah menjajakan fantasi yang kerap berubah menjadi versi unik dari kenyataannya.
Tudingan itu tidak lepas dari adanya hasil survei jajak pendapat terbaru. Partai United, yang mengusung Palmer berada di trek untuk memenangkan kursi senat di negara bagian asalnya di Queensland.
Karena itu, media harian tersebut mengatakan, ada kemungkinan jika kemenangan itu diraih, Palmer akan memberikan pengaruhnya terhadap pemilihan umum di Australia.
Palmer, tokoh yang dikenal karena rencananya yang akan membangun replika kapal Titanic, Sabtu besok akan mengikuti Pemilihan Perdana Menteri Australia.
"Bertentangan dengan fakta, Clive Frederick Palmer bukan seorang profesor, bukan penasihat G20 , bukan seorang tokoh pertambangan, bukan guru hukum dan bukan advokat. Dia juga kemungkinan bukan miliarder,” tulis surat kabar yang tidak disebutkan namanya itu.
Tudingan itu diduga untuk mendukung pemimpin oposisi Tony Abbott dalam memenangkan pemilu. Dia mengatakan telah menghabiskan beberapa bulan untuk memeriksa track record Palmer .
Wendi Deng mata-mata intelijen China
Palmer, yang mengklaim sebagai raja di bidang pertambangan, pengembang real estate dan operator resor pariwisata, adalah pendukung lama dari koalisi Liberal-Nasional pimpinan Abbott .
Namun, ia mengundurkan diri dari keanggotaannya di tahun lalu setelah menelan pil pahit dalam masalah sengketa publik. Setelah itu, Palmer mendirikan partai sendiri.
Dalam wawancara terpisah dengan Nine Network, Palmer juga membuat pernyataan yang mengejutkan tentang istri ketiga Murdoch, Wendi Deng.
"Kau tahu, istri Rupert Murdoch Wendi Deng adalah mata-mata China. Dan itu sudah bukan rahasia umum lagi," tuding Palmer.
Menurut Palmer, Deng sudah memata-matai Rupert selama bertahun-tahun dan memberikan uang kepada intelijen China . Dia dilatih oleh intelijen China selatan.
"Wendi Deng adalah mata-mata China dan itulah mengapa Rupert menyingkirkan dia. Aku mengatakan yang sebenarnya. Dan orang ini (Murdoch) ingin mengontrol politik Australia. Dia ingin mengontrol apa yang Anda pikirkan," tegas Palmer.