Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham Asia bergerak campuran dan mayoritas mata uang regional relatif stabil pada Selasa (19/8/2025), menjelang pertemuan penting bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) pekan ini.
Investor juga mencermati tanda-tanda positif dari upaya diplomasi untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.
Indeks saham Filipina turun 0,8% ke level terendah sejak 31 Juli. Sementara, Korea Selatan juga melemah 0,8% dan Taiwan terkoreksi 0,5%. Sebaliknya, saham Singapura naik 0,5% dan Malaysia menguat 0,4%.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.246 Per Dolar AS Hari Ini (19/8), Terlemah di Asia
Poon Panichpibool, analis pasar di Krung Thai Bank mengatakan, simposium tahunan The Fed di Jackson Hole pada 21–23 Agustus bisa menjadi petunjuk arah kebijakan suku bunga.
“Investor mengurangi eksposur sambil menunggu sinyal lebih jelas dari The Fed, sekaligus melakukan aksi ambil untung setelah reli dalam beberapa bulan terakhir,” ujarnya.
Gubernur The Fed Jerome Powell dijadwalkan berpidato dalam forum tersebut.
Menurut catatan DBS, Powell kemungkinan akan memberi sinyal ruang untuk pemangkasan suku bunga guna mencegah pelemahan pasar tenaga kerja, namun tetap berhati-hati agar langkah itu tidak memicu lonjakan inflasi akibat tarif.
Selain itu, pasar juga mencermati sejauh mana Presiden AS Donald Trump memengaruhi sikap internal The Fed dari pandangan hati-hati Powell.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Stabil Selasa (19/8) Pagi, Menunggu Sinyal The Fed di Jackson Hole
Dari sisi geopolitik, setelah KTT Gedung Putih bersama pemimpin Eropa, Trump pada Senin menegaskan Washington akan menjamin keamanan Ukraina dalam kesepakatan damai dengan Rusia.
Meski begitu, investor masih bersikap hati-hati sehingga indeks dolar AS bergerak stabil.
Pergerakan mata uang Asia relatif datar. Peso Filipina dan dolar Taiwan melemah tipis 0,2%. Rupiah Indonesia turun 0,5% setelah libur panjang, dengan pasar menunggu keputusan kebijakan Bank Indonesia (BI) pada 20 Agustus. IHSG tercatat turun 0,1%.
Survei Reuters menunjukkan BI kemungkinan menahan suku bunga untuk menilai dampak pemangkasan sebelumnya, seiring inflasi yang mulai naik dan momentum ekonomi kuartal lalu yang tetap solid.
“Kami masih melihat peluang adanya pemangkasan lanjutan oleh BI pada sisa tahun ini,” kata Lavanya Venkateswaran, ekonom senior OCBC.
Baca Juga: Dolar AS Bersiap Hadapi Pekan Padat Geopolitik dan Isyarat The Fed
Sementara itu, di Amerika Latin, obligasi dolar internasional Bolivia menguat setelah hasil resmi awal menunjukkan partai sosialis berkuasa berpotensi mengalami kekalahan terburuk dalam beberapa dekade.