kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rusia dan China Terus Berbagi Pandangan Terkait Masalah di Timur Tengah


Jumat, 20 Oktober 2023 / 06:19 WIB
Rusia dan China Terus Berbagi Pandangan Terkait Masalah di Timur Tengah
ILUSTRASI. Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, China, Jumat (4/2/2022). Aleksey Druzhinin/Kremlin via REUTERS


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Pemerintah Rusia pada hari Kamis (19/10) mengatakan pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pemerintah China untuk menentukan kebijakan di Timur Tengah. Langkah ini diambil menyusul pertemuan kedua pemimpin negara awal pekan ini.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov, juga telah mengadakan pembicaraan dengan utusan khusus China untuk Timur Tengah, Zhai Jun, di Doha. Keduanya bertukar pandangan tentang konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya mengatakan bahwa para pejabat Rusia dan China memiliki harapan yang sama, yaitu untuk menyelesaikan segala krisis di Timur Tengah dan Afrika Utara lewat cara politik.

"Ada konfirmasi dari fokus konstan Moskow dan Beijing pada upaya koordinasi yang erat demi kepentingan penyelesaian politik krisis ini dan krisis lainnya di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara," ungkap kementerian, dikutip Reuters.

Saat ini Rusia memandang dirinya sebagai perantara yang paling potensial untuk bisa mendamaikan Israel dan Hamas.

Baca Juga: Aksi Saling Dukung Xi Jinping dan Vladimir Putin

Rancangan Resolusi Ditolak AS

Pada hari Senin (16/10), Rusia telah mengajukan rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB yang gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Di dalamnya juga mengatur langkah-langkah pembebasan sandera, akses bantuan kemanusiaan, dan evakuasi aman warga sipil.

Sayangnya, rancangan Rusia tersebut gagal disahkan karena mendapat penolakan dari mayoritas negara Barat, terutama Amerika Serikat. Rancangan resolusi tersebut memperoleh lima suara setuju dan empat suara menentang, serta enam suara abstain.

Rusia tentu jadi negara yang paling menyalahkan AS atas eskalasi konflik yang terjadi di Gaza dua pekan terakhir.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan bahwa negara-negara Barat telah mengubur harapan dunia untuk mengakhiri pertumpahan darah karena enggan menyetujui rancangan resolusi yang diajukan Rusia.

Baca Juga: AS Gunakan Hak Veto untuk Menolak Gencatan Senjata dalam Konflik Israel-Hamas

"Hari ini, seluruh dunia menunggu Dewan Keamanan mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri pertumpahan darah, namun delegasi negara-negara Barat pada dasarnya telah menginjak-injak harapan tersebut," kata Nebenzia, dikutip Reuters.

Dalam dokumen satu halaman itu, Rusia mengutuk kekerasan terhadap warga sipil dan semua tindakan terorisme, namun tidak menyebutkan nama Hamas.

Bagi AS, sikap Rusia yang enggan menyebut Hamas dinilai sebagai bentuk dukungan terhadap kelompok militan Palestina tersebut.

"Dengan tidak mengecam Hamas, Rusia melindungi kelompok teroris yang melakukan tindakan brutal terhadap warga sipil tak berdosa. Ini keterlaluan. Itu munafik dan tidak bisa dipertahankan," kritik Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield.

Rancangan resolusi lain juga telah diajukan Brazil pekan ini. Namun, resolusi ini kembali gagal disahkan karena ditolak oleh AS dengan menggunakan hak veto.

Thomas-Greenfield mengatakan AS kecewa karena rancangan resolusi tersebut tidak menyebutkan hak pertahanan diri Israel. Dirinya, mewakili AS, juga menyalahkan Hamas atas krisis kemanusiaan di Gaza.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×