Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WARSAWA. Rusia dituding mengganggu komunikasi seluler dan sistem pelacakan kapal di Laut Baltik, yang membahayakan keselamatan kapal dan pasokan energi.
Wakil Laksamana Krzysztof Jaworski dari Angkatan Laut Polandia menyebut tindakan ini sebagai ujian terhadap respons aliansi Barat, terutama NATO.
Menurut Jaworski, Moskow secara sistematis menggunakan taktik tersebut untuk menyembunyikan pergerakan kapalnya sekaligus mengganggu operasi kapal lain. Laut Baltik, yang berbatasan dengan delapan negara NATO dan Rusia, menjadi fokus dari perang hibrida Rusia.
"Perang hibrida di Baltik adalah tantangan terbesar yang kita hadapi," kata Jaworski dalam wawancara dengan Reuters.
Baca Juga: NATO Bersiap Tingkatkan Upaya Melawan Aksi Sabotase Rusia dan China
Ia menjelaskan bahwa Rusia berusaha mengganggu politik, pasokan energi, dan sistem lainnya sebagai bagian dari strategi perang non-konvensional.
Jaworski menambahkan bahwa tindakan agresif Rusia juga bertujuan menguji batas kesabaran NATO. "Mereka ingin melihat sejauh mana mereka bisa melangkah," ujarnya.
Sejak 2022, ketika Rusia menginvasi Ukraina, terjadi setidaknya tiga insiden yang diduga sebagai sabotase terhadap kabel telekomunikasi dan jaringan pipa gas penting di dasar Laut Baltik. Salah satu insiden terbesar adalah sabotase jaringan pipa Nord Stream.
Jaworski menyebut bahwa kapal-kapal Rusia kerap mematikan Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) mereka, yang merupakan pelanggaran hukum maritim.
Baca Juga: Makin Panas, Rusia Bakal Membalas Jika AS Menempatkan Rudal di Jepang
Hal ini memungkinkan kapal-kapal tersebut bergerak tanpa terdeteksi dan membahayakan kapal lain. Selain itu, Rusia juga dituding mengganggu sistem identifikasi dan pelacakan kapal lain dengan menghasilkan data palsu.
Gangguan serupa dilaporkan oleh Penjaga Pantai Finlandia pada Oktober lalu, yang menyebut insiden ini menyebabkan kapal-kapal kehilangan arah.