kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rusia Minta AS Batalkan Rencana Pengiriman Senjata ke Ukraina


Rabu, 19 Januari 2022 / 13:35 WIB
Rusia Minta AS Batalkan Rencana Pengiriman Senjata ke Ukraina
ILUSTRASI. Bendera Rusia dan Amerika Serikat berkibar di?Vnukovo International Airport, Moskow.


Sumber: TASS | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Kedutaan Besar Rusia di Washington pada Rabu (19/1) menyampaikan pesan terbuka kepada AS terkait konflik di Ukraina. Utusan Rusia meminta AS membatalkan rencananya untuk mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina dan mengutamakan jalur diplomatik.

Melalui halaman resminya di Facebook, Kedutaan Besar Rusia menuliskan, pengiriman senjata ke Ukraina akan mencoreng komitmen AS untuk menyelesaikan konflik di kawasan tersebut.

"Jika AS benar-benar berkomitmen untuk upaya diplomatik dalam menyelesaikan konflik intra-Ukraina, mereka harus meninggalkan rencana untuk memasok senjata baru untuk Angkatan Bersenjata Ukraina," tulis Kedutaan Besar Rusia, seperti dikutip TASS.

Baca Juga: Instansi Pemerintah Ukraina Diserang Malware, Ini Kata Microsoft

Lebih lanjut, Kedutaan Besar Rusia juga meminta AS untuk menggunakan pengaruhnya pada otoritas Ukraina guna meyakinkan mereka agar berhenti menyabotase Perjanjian Minsk.

Masih dalam pernyataan yang sama, Rusia juga meminta AS untuk mengakhiri kekhawatirannya mengenai konflik Donbass dan fokus untuk menyelesaikan masalah yang ada saat ini.

Pekan lalu, CNN melaporkan, AS telah mengizinkan bantuan militer tambahan ke Ukraina senilai US$ 200 juta. Menurut laporan itu, AS akan memberikan bantuan berupa senjata kecil, amunisi, peralatan pengawasan medis, dan radar.

Pengiriman bantuan militer tersebut merupakan bagian dari kebijakan Presiden Joe Biden, yang memberikannya wewenang untuk meminta menteri luar negeri agar memberikan perintah ke menteri pertahanan untuk memberikan bantuan militer ke negara yang ada dalam bahaya.

Baca Juga: Kirim Senjata Anti-Tank ke Ukraina, Inggris: Ini Tidak akan Mengancam Rusia

Pesan terbuka ini dirilis satu hari setelah Departemen Luar Negeri AS dan pejabat tinggi Pentagon mengeluarkan pernyataan mengenai kemungkinan  serangan Rusia ke Ukraina dari wilayah Belarusia.

Pandangan AS tersebut semakin kuat setelah Rusia dan Belarusia melaksanakan latihan militer gabungan di sekitar perbatasan Ukraina.

Rusia tentunya menyangkal tuduhan tersebut dan kembali menegaskan bahwa pengerahan pasukannya adalah hak yang berdaulat.

"Kami tekankan sekali lagi: Rusia tidak akan menyerang siapa pun. Praktik memindahkan pasukan di tanah kita sendiri adalah hak berdaulat," tulis pernyataan Kedutaan Besar Rusia.

"Kami menyerukan untuk mengakhiri histeria dan tidak menumpuk ketegangan di sekitar masalah Donbass. Dan yang terpenting, tidak mendorong kebencian ke arah baru," imbuh Kedutaan Besar Rusia.

Selain AS, Inggris dan Kanada juga telah mengirimkan bantuan pertahanan ke Ukraina. Pada Senin (17/1), Inggris telah mengambil keputusan untuk memasok Ukraina dengan sistem senjata pertahanan anti-tank ringan.

Sementara Kanada dilaporkan telah mengirimkan pasukan khusus untuk mengembangkan rencana evakuasi bagi staf diplomatik Kanada jika terjadi invasi skala penuh.



TERBARU

[X]
×