Sumber: The Age,Associate Press | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Pemerintah Arab Saudi pada Sabtu (12/3/2022) mengeksekusi 81 orang yang dihukum karena kejahatan mulai dari pembunuhan hingga menjadi anggota kelompok militan. Eksekusi mati ini merupakan eksekusi massal terbesar yang diketahui dilakukan di kerajaan itu dalam sejarah modernnya.
Melansir AP, jumlah orang yang dieksekusi bahkan melebihi korban eksekusi massal Januari 1980 untuk 63 militan yang dihukum karena merebut Masjidil Haram di Mekah pada 1979. Kejadian tersebut adalah serangan militan terburuk yang menargetkan kerajaan dan situs paling suci Islam.
Tidak jelas mengapa kerajaan memilih hari Sabtu untuk melakukan eksekusi. Namun, eksekusi ini terjadi saat perhatian dunia tetap terfokus pada perang Rusia di Ukraina.
Jumlah kasus hukuman mati yang dilakukan di Arab Saudi telah menurun selama pandemi virus corona, meskipun kerajaan terus memenggal kepala terpidana di bawah kepemimpinan Raja Salman dan putranya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Saudi Press Agency yang dikelola pemerintah mengumumkan eksekusi hari Sabtu, dengan mengatakan eksekusi tersebut dilakukan terhadap mereka yang dihukum karena berbagai kejahatan, termasuk pembunuhan pria, wanita dan anak-anak yang tidak bersalah.
Baca Juga: Al Nahdi Medical, Perusahaan Ritel Farmasi Terbesar Arab Saudi Bersiap IPO
Kerajaan juga mengatakan beberapa dari mereka yang dieksekusi adalah anggota al-Qaida, kelompok Negara Islam dan juga pendukung pemberontak Houthi Yaman.
Seperti yang diketahui, koalisi yang dipimpin Saudi telah memerangi Houthi yang didukung Iran sejak 2015 di negara tetangga Yaman dalam upaya untuk mengembalikan pemerintah yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan.
Mereka yang dieksekusi termasuk 73 warga Saudi, tujuh warga Yaman dan satu warga Suriah. Laporan itu tidak mengatakan di mana eksekusi itu terjadi.
“Terdakwa diberikan hak untuk didampingi pengacara dan dijamin hak penuh mereka di bawah hukum Saudi selama proses peradilan, yang menyatakan mereka bersalah melakukan berbagai kejahatan keji yang menyebabkan sejumlah besar warga sipil dan petugas penegak hukum tewas,” jelas SPA.
Baca Juga: Saudi Hapus Karantina PPLN, Layanan Paspor Calon Jemaah Haji & Umrah Siap Dibuka
Mengutip The Age, eksekusi massal di Arab Saudi ini terjadi pada saat kekhawatiran yang meningkat atas catatan hak asasi manusia Arab Saudi, tetapi juga ketika Barat berjuang untuk menggantikan ketergantungannya pada minyak Rusia setelah invasi ke Ukraina.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dilaporkan pada hari Sabtu akan berkunjung ke Arab Saudi dalam upaya untuk hubungan perdagangan yang lebih dekat.
Johnson diperkirakan akan melakukan perjalanan ke ibu kota Saudi, Riyadh, pada minggu mendatang untuk bertemu dengan penguasa de facto kerajaan, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, dalam upaya untuk menengahi kesepakatan minyak baru.
“Kerajaan akan terus mengambil sikap tegas dan teguh terhadap terorisme dan ideologi ekstremis yang mengancam stabilitas seluruh dunia,” demikian bunyi laporan SPA.
Laporan tersebut belum diverifikasi secara independen, juga tidak mungkin untuk memastikan apakah salah satu dari mereka yang dinyatakan bersalah menerima pengadilan yang adil.