Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
"Saya tidak bisa memperbaiki rasisme selama berabad-abad di negara kami, saya juga tidak bisa memperbaiki diskriminasi selama beberapa dekade yang mungkin berdampak pada anggota Angkatan Udara kami," sebutnya..
Nama Brown sangat populer di Angkatan Udara AS. Kepemimpinannya dia habiskan untuk mengomandoi pasukan di Eropa, Timur Tengah, dan kawasan Asia-Pasifik.
Sebelum ditunjuk sebagai komandan PACAF pada 2018, Brown adalah wakil komandan Pusat Komando AS selama dua tahun.
Baca Juga: Mengenal USS Gerald R Ford, kapal induk terbaru AS seharga Rp 188 triliun
Dari 2015-2016, ia menjabat sebagai komandan Komponen Gabungan Angkatan Pusat Komando AS, yang bertugas mengawasi operasi udara melawan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah serta kelompok teroris di Afghanistan.
Sebelum itu, dia adalah direktur Operasi, Pencegahan Strategis, dan Integrasi Nuklir untuk Angkatan Udara AS di Angkatan Udara Eropa-Afrika di Pangkalan Udara Ramstein, Jerman.
Hanya, Brown akan memimpin Angkatan Udara AS saat pandemi virus corona baru. "Ketika krisis Covid-19 berlangsung, saya melihat tantangan yang muncul di mana aspirasi strategis dan sumber daya kami tersedia mungkin berada di jalur yang berbeda, mendorong pilihan sulit masa depan," katanya seperti dikutip Defence News.
Baca Juga: Kualifikasi operator selesai, Theodore Roosevelt siap perkuat armada pasifik AS
“Ketika kami meninjau tujuan dan prioritas strategis pada periode pasca Covid-19, dan melanjutkan perjalanan kami mulai membangun Angkatan Udara yang kami butuhkan untuk menyelaraskan dengan Strategi Pertahanan Nasional, kami memiliki banyak kendala dan pengekangan yang bisa menghambat kemampuan kami untuk mencapai tujuan," ujar dia.