Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - CALIFORNIA. Di saat pandemi Covid-19 telah mereda, kejayaan beberapa saham-saham di bursa AS yang juara kala itu mulai tak bertenaga. Wall Street tampaknya mulai meninggalkan layanan streaming dan pemenang pandemi lainnya.
Contohnya, miliarder William Ackman yang menjual seluruh sahamnya dari Netflix senilai US$ 1,1 miliar setelah merugi US$ 400 juta. Memang, saham Netflix telah anjlok 37%, sementara valuasinya telah turun dua pertiga dari puncaknya lebih dari US$ 300 miliar akhir tahun lalu
Adapun hal tersebut salah satunya dikarenakan oleh jumlah pelanggan Netflix yang berkurang hingga 200.000 pelanggan, pertama dalam satu dekade terakhir.
Laporan buruk serta aksi jual tersebut pun turut berdampak pada saham penyedia layan streaming lainnya. Misalnya, Walt Disney yang turun 5,8%, Paramount Global turun 8,1%, Warner Bros Discovery turun 5,2% dan Roku kehilangan 5,8%.
Baca Juga: Asing Getol Akumulasi Saham GOTO, Net Buy sudah Tembus Rp 607 M
Padahal, saham Disney juga sempat merasakan masa kejayaan saat layanan streaming videonya Disney+ diluncurkan pada 2019, sekaligus membantu operator taman hiburan mengatasi penutupan terkait pandemi. Namun, setelah mencapai puncaknya setahun yang lalu, saham Disney terus melemah dan sekarang diperdagangkan pada level di bawah saat Disney+ diluncurkan.
Di sisi lain, kapitalisasi pasar Netflix sejauh ini yang terkecil di antara apa yang disebut kelompok saham FAANG mencapai sekitar US$ 100 miliar. Kelompok saham FAANG mencakup Meta Platforms, Amazon, Apple dan Alphabet yang memicu sebagian besar reli Wall Street di tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19
Pemilik Facebook, Meta Platforms menjadi perusahaan FAANG yang paling tidak bernilai berikutnya, bernilai sekitar US$ 550 miliar, dengan sahamnya turun sekitar 7%.
Baca Juga: Peluang Bertumbuh Masih Besar, Saham Emiten Rumah Sakit Menarik Untuk Dilirik
Jim Bianco, presiden firma riset pasar keuangan Bianco Research di Chicago pun mengatakan bahwa manajer portofolio yang fokus pada saham dengan pertumbuhan tinggi dengan valuasi mahal dapat secara refleks mengambil saham Netflix yang sangat didiskon, mengesampingkan tantangan perusahaan yang semakin sulit dengan kejenuhan pasar, berbagi kata sandi, dan ketidakpastian di pasar seperti Ukraina dan Rusia.
"Saya pikir ini akan memakan waktu bagi mereka untuk mulai mengenali apakah Disney dan Roku dan Netflix dan Hulu dan Paramount mungkin bukan perusahaan yang berkembang lagi, bahwa mereka mungkin telah mencapai titik jenuh mereka," kata Bianco dikutip dari Reuters, Jumat (22/4)
Analis Truist, Matthew Thornton pun berpendapat bahwa Netflix adalah yang paling rentan karena merupakan yang terbesar dan paling mapan, sementara persaingan tumbuh di industri streaming. "Mereka akan merasakannya lebih dari penantang yang baru muncul," kata Thornton.
Baca Juga: Hajatan IPO Masih Ramai, Ada 35 Perusahaan Antre di Pipeline BEI
Perusahaan lain yang diuntungkan selama pandemi juga telah menyerahkan lebih banyak keuntungan mereka dalam beberapa bulan terakhir karena konsumen keluar dari rumah mereka dan mengubah kebiasaan belanja mereka.
Peloton Interactive, Zoom Video Communications, dan Pinterest semuanya jatuh dalam beberapa bulan terakhir dan sekarang turun lebih dari 60% selama 12 bulan terakhir.