Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pengadilan China menjatuhkan hukuman mati kepada 11 anggota keluarga Ming, sebuah kelompok mafia terkenal yang mengelola pusat-pusat penipuan di Laukkai, Myanmar.
Mengutip BBC yang melansir laporan media pemerintah China CCTV, putusan ini diumumkan pada Senin (29/9) di Wenzhou.
Secara total, ada 39 anggota keluarga Ming yang divonis bersalah atas berbagai tindak kriminal, mulai dari penipuan telekomunikasi, kasino ilegal, perdagangan narkoba, hingga prostitusi.
Dari jumlah itu, selain 11 orang yang dihukum mati, lima lainnya mendapat hukuman mati dengan penundaan dua tahun, 11 divonis penjara seumur hidup, sementara sisanya dijatuhi hukuman antara 5 hingga 24 tahun.
Keluarga Ming sejak 2015 diketahui menjadikan Laukkai — sebuah kota kecil di dekat perbatasan China — sebagai pusat kejahatan terorganisir. Aktivitas perjudian dan penipuan online mereka disebut menghasilkan lebih dari 10 miliar yuan atau US$ 1,4 miliar, yang setara dengan Rp 22,4 triliun (kurs Rp 16.000).
Bahkan, mereka dituding terlibat dalam kematian sejumlah pekerja pusat penipuan, termasuk kasus penembakan untuk mencegah pekerja melarikan diri ke China.
Laukkai sendiri awalnya berkembang karena tingginya permintaan perjudian dari warga China, di mana kasino ilegal kemudian menjadi kedok pencucian uang, perdagangan manusia, hingga operasi penipuan global.
Baca Juga: Ultimatum China ke Pemberontak Myanmar Bisa Ancam Suplai Global Tanah Jarang Berat
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut fenomena ini sebagai “scamdemic”, dengan lebih dari 100 ribu orang asing — banyak di antaranya warga China — diperdaya, dipenjara, dan dipaksa bekerja di pusat penipuan online yang menargetkan korban di seluruh dunia.
Keluarga Ming pernah menjadi salah satu kelompok paling berkuasa di Negara Bagian Shan, Myanmar. Mereka menguasai ribuan pekerja di pusat penipuan, termasuk di kompleks terkenal Crouching Tiger Villa, di mana pekerja kerap dipukuli dan disiksa.
Namun, serangan gabungan kelompok pemberontak dua tahun lalu berhasil merebut Laukkai dari militer Myanmar. Banyak anggota keluarga Ming kemudian diserahkan ke otoritas China, sementara sang patriark, Ming Xuechang, dilaporkan bunuh diri.
Dengan vonis ini, Beijing ingin menunjukkan sikap tegas dalam memberantas bisnis penipuan lintas batas yang marak di kawasan perbatasan Myanmar.
Tonton: Mayoritas Negara ASEAN Kena Tarif Trump 19%, Hanya Laos dan Myanmar Digetok Tarif 40%
Tekanan China juga sebelumnya mendorong Thailand mengambil tindakan terhadap pusat-pusat penipuan serupa di perbatasan. Meski demikian, aktivitas kejahatan ini kini mulai bergeser ke Kamboja, meskipun masih tetap marak di Myanmar.