Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Organisasi regional Liga Arab, sesuai namanya, menjadi rumah bagi negara-negara dengan kultur Arab yang ada di Timur Tengah dan Afrika Utara. Tepat pada tanggal 22 Maret 76 tahun yang lalu, organisasi besar ini berdiri.
Liga Arab atau Arab League atau dalam bahasa Arab disebut Jāmiʿa ad-Duwal al-ʿArabiyya, resmi dibentuk pada 22 Maret 1945 oleh enam negara pendiri, yaitu Mesir, Iraq, Transjordan (Yordania), Lebanon, Arab Saudi, dan Suriah. Yaman kemudian bergabung sebagai anggota awal pada 5 Mei 1945.
Berpuluh-puluh tahun berikutnya, jumlah anggota bertambah hingga kini berjumlah 22 negara. Masing-masing negara memiliki satu suara di Dewan Liga saat menyusun sebuah kebijakan bersama.
Negara anggota Liga Arab
Sebagai organisasi yang terbentuk dari dorongan paham Pan-Arabisme, atau penyatuan bangsa-bangsa Arab, anggota Liga Arab tentunya adalah negara-negara yang didominasi bangsa Arab.
Hingga saat ini Liga Arab telah memiliki 22 anggota, antara lain:
Aljazair | Maroko |
Bahrain | Oman |
Komoro | Palestina |
Djibouti | Qatar |
Mesir | Arab Saudi |
Irak | Somalia |
Yordania | Sudan |
Kuwait | Suriah |
Lebanon | Uni Emirat Arab |
Libya | Yaman |
Mauritania | Tunisia |
Baca Juga: PBB akui menyesal karena telah gagal menghapus penderitaan di Suriah
Pada tahun 2011, Liga Arab sepakat untuk menangguhkan keanggotaan Suriah jika pemerintahnya masih terus menggunakan kekerasan dalam meredam berbagai pemberontakan yang terjadi. Dikutip dari The Guardian, pada tahun 2013, Liga Arab memberikan kursi Suriah kepada Koalisi Nasional Suriah.
Saat ini pemimpin dari Sekretariat Liga Arab adalah Ahmed Aboul Gheit dari Mesir.
Latar belakang dibentuknya Liga Arab
Dengan kesamaan nasib dan budaya, tujuan dibentuknya Liga Arab 76 tahun lalu adalah untuk memperkuat dan mengkoordinasikan program politik, budaya, ekonomi, dan sosial para anggotanya.
Lebih pentingnya lagi, organisasi regional ini diharapkan bisa menjadi penengah untuk perselisihan yang mungkin terjadi antara negara anggotanya, atau bahkan jika ada pihak ketiga yang terlibat.
Baca Juga: Amerika dominasi penjualan senjata global, Arab Saudi sebagai pelanggan utama
Liga Arab adalah organisasi politik yang mencoba membantu mengintegrasikan anggotanya secara ekonomi, dan menyelesaikan konflik yang melibatkan negara anggota tanpa meminta bantuan asing.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu banyak kekuatan asing yang mulai terlihat ambil bagian dalam sejumlah permasalahan yang terjadi antara anggota Liga Arab. Hal ini dianggap sebagai tantangan serius dalam mencapai tujuan kemandirian Liga Arab.
Pada 13 April 1950, Liga Arab mengesahkan kesepakatan kerja sama pertahanan dan ekonomi. Melalui kesepakatan ini, aktivitas pertahanan dan militer mulai terlihat.
Kongres perminyakan pertama Liga Arab digelar pada tahun 1959. Berikutnya pada tahun 1964, organisasi ini memberntuk Organisasi Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmiah Liga Arab (ALECSO).
Di tahun yang sama, Liga Arab memberikan status "pengamat" kepada Palestina meski ditentang oleh Yordania. Tahun 1976, Palestina akhirnya menerima status keanggotaan penuh.
Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara yang sarat dengan konflik jelas membuat tugas Liga Arab cukup berat. Perang Irak-Iran, perang sipil di Suriah, hingga perebutan lahan antara Palestina dan Israel jadi sejumlah masalah yang terus dibahas.