Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Sekelompok negara kaya yang mewakili 13% dari populasi global telah membeli lebih dari setengah dari dosis vaksin virus corona baru di masa depan, menurut laporan Oxfam pada Rabu (16/9).
Oxfam, organisasi non-pemerintah, menganalisis kesepakatan yang dibuat produsen vaksin untuk lima kandidat vaksin terkemuka yang saat ini dalam uji coba tahap akhir, berdasarkan data dari penurasahaan analitis Airfinity.
"Akses ke vaksin penyelamat tidak harus bergantung pada di mana Anda tinggal atau berapa banyak uang yang Anda miliki," kata Robert Silverman dari Oxfam America seperti dikutip Channel News Asia.
"Pengembangan dan persetujuan vaksin yang aman dan efektif sangat penting, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah memastikan vaksin tersedia dan terjangkau bagi semua orang. Covid-19 ada di mana-mana," ujar dia.
Baca Juga: Perluas pengujian, Sinovac memulai uji klinis vaksin corona ke anak-anak
Lima vaksin yang Oxfam analisis berasal dari AstraZeneca, Gamaleya, Moderna, Pfizer, dan Sinovac.
Oxfam menghitung, kapasitas produksi gabungan dari lima kandidat vaksin ini mencapai 5,9 miliar dosis. Ini cukup untuk hampir tiga miliar orang, mengingat akan atau sangat mungkin membutuhkan dua dosis per orang.
Kesepakatan pasokan sejauh ini untuk 5,3 miliar dosis, dengan 2,7 miliar atau 51% di antaranya telah dibeli oleh negara-negara maju, teritori, dan kawasan, termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Eropa, Australia, Hong Kong dan Makau, Jepang, Swiss, serta Israel.
Sisa 2,6 miliar dosis telah dibeli oleh atau dijanjikan ke negara-negara berkembang, termasuk India, Bangladesh, Cina, Brasil, Indonesia, dan Meksiko.
Baca Juga: Ini efek samping uji coba kandidat vaksin corona milik Pfizer
Oxfam menambahkan, salah satu kandidat vaksin virus corona terkemuka, yang dikembangkan oleh Moderna, bahkan telah menerima uang sebesar US$ 2,5 miliar.
Oleh karena itu, Oxfam dan organisasi lain menyerukan agar "vaksin rakyat" gratis didistribusikan secara adil berdasarkan kebutuhan.
"Ini hanya akan mungkin jika perusahaan farmasi mengizinkan vaksin diproduksi seluas mungkin, dengan membagikan pengetahuan mereka secara bebas tanpa paten, daripada melindungi monopoli mereka dan menjual kepada penawar tertinggi," sebut Silverman.
Ia menambahkan, perkiraan biaya penyediaan vaksin virus corona untuk semua orang di Bumi kurang dari 1% dari anggaran untuk pemulihan ekonomi global.