kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Semakin Banyak Negara yang Secara Terbuka Memamerkan Hubungan Mereka dengan Putin


Senin, 09 September 2024 / 14:03 WIB
Semakin Banyak Negara yang Secara Terbuka Memamerkan Hubungan Mereka dengan Putin
ILUSTRASI. Presiden Rusia Vladimir Putin terus mengintensifkan aktivitas diplomatiknya di panggung internasional.. Sputnik/Sergei Savostyanov/Pool via REUTERS


Sumber: businessinsider.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah konflik berkepanjangan dengan Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin terus mengintensifkan aktivitas diplomatiknya di panggung internasional. Meskipun terjerat sanksi berat dan pembatasan perdagangan, Putin telah bertemu dengan beberapa pemimpin negara Asia, seperti Tiongkok, India, Vietnam, dan Indonesia.

Langkah ini mencerminkan upaya Rusia untuk keluar dari isolasi diplomatik dan memperkuat hubungan strategis dengan negara-negara di luar sekutu tradisionalnya seperti Tiongkok, Korea Utara, dan Iran.

Upaya Rusia Membangun Hubungan Strategis Baru

Menurut Sean McFate, seorang profesor di Syracuse University Maxwell School, Rusia berusaha meraih hubungan strategis dengan negara-negara seperti India, yang memiliki hubungan rumit dengan Tiongkok tetapi tetap berdagang dengan Rusia.

Hal ini memberikan keuntungan bagi Rusia dalam membangun keseimbangan strategis, terutama karena hubungan Rusia-Tiongkok mengalami ketegangan belakangan ini.

Baca Juga: Rusia Izinkan Impor Bir Korea Utara, Hubungan Semakin Hangat

Selain itu, Putin juga bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, dan Presiden Mongolia, Ukhnaagiin Khürelsükh. Meski Mongolia merupakan anggota Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), negara tersebut tidak menangkap Putin yang memiliki surat penangkapan ICC.

Mongolia beralasan ketergantungan pada energi dari Rusia membuat penangkapan tersebut tidak mungkin dilakukan.

Skala Ekonomi Rusia: Pengaruh di Tengah Ketidakpastian

Meskipun ekonomi Rusia jauh lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki PDB sebesar $27,4 triliun, Rusia tetap menjadi mitra penting bagi banyak negara berkembang. Rusia menghasilkan sekitar 10% dari produksi minyak dunia, menjadikannya pemasok energi yang signifikan, terutama bagi negara-negara yang sedang menghadapi tantangan ekonomi.

Sebelum invasi ke Ukraina, Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar Rusia. Namun, dalam dua tahun terakhir, Rusia berhasil mengalihkan ekspor energinya ke Tiongkok dan India, serta negara lain yang siap membeli energi dengan harga diskon, seperti Sri Lanka dan Turki, anggota NATO yang juga bercita-cita menjadi anggota Uni Eropa.

Baca Juga: Putin Memiliki Dua Putra Rahasia, Hidup dengan Kemewahan Terisolasi dari Dunia

Netralitas dan Kepentingan Ekonomi Negara-negara Berkembang

Beberapa negara seperti Tiongkok dan Vietnam memiliki ikatan historis dengan Rusia, sementara negara lain seperti India dan Sri Lanka lebih mementingkan kepentingan ekonomi dalam melanjutkan hubungan dengan Rusia.

Sebagian besar dari negara-negara ini mengambil sikap netral terhadap perang di Ukraina, seperti yang dilakukan oleh Kazakhstan, yang mengkritik dampak sanksi terhadap ekonominya sendiri.

Situasi ini menunjukkan bahwa, meskipun perang di Ukraina telah berlangsung selama 31 bulan, banyak negara yang tetap mempertahankan hubungan dengan Rusia demi kepentingan ekonomi. Bahkan Uni Eropa masih berusaha memisahkan diri dari ketergantungan terhadap ekonomi Rusia yang besar dan terintegrasi secara global.

Baca Juga: Presiden Putin Angkat Bicara Terkait Penangkapan CEO Telegram Pavel Durov di Prancis

Strategi Rusia Mendekati Negara-negara Global Selatan

Rusia terus mengkampanyekan pentingnya peran Global South dalam membentuk tatanan dunia yang lebih adil. Sebagai ketua BRICS tahun ini, Rusia berupaya memperluas pengaruhnya dengan mengundang negara-negara seperti Mongolia, Malaysia, dan Indonesia untuk bergabung dengan blok ekonomi yang dipimpin oleh Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

Negara-negara seperti Turki juga menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS.

Derek Grossman, seorang analis senior pertahanan di RAND, mengungkapkan bahwa meskipun pengaruh Rusia tidak sebesar Tiongkok atau Amerika Serikat, Rusia masih mampu mempromosikan kepentingannya yang anti-Barat dan mengganggu tatanan regional yang sudah rapuh.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×