Sumber: CNN | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Dua unit kapal induk AS melanjutkan kembali latihan militer gandanya di Laut China Selatan. Ini adalah kali kedua pasangan kapal induk tersebut bermanuver di wilayah itu.
USS Ronald Reagan dan USS Nimitz membawa lebih dari 12.000 personel militer AS. Dua kapal ini juga didampingi kapal penjelajah dan kapal Destroyer untuk mengawal.
Dalam sebuah pernyataan hari ini, Jumat (17/7), Armada Pasifik AS menyebutkan bahwa lebih dari 120 pesawat tempur juga turut disertakan dalam upaya menjaga kesiapan dan kemahiran berperang.
"Dua pasukan kapal induk ini berlatih sampai tahap kesiapan tertinggi untuk memastikan dayan tanggap terhadap segala kemungkinan melalui proyeksi kekuatan," tulis Armada Pasifik AS seperti dikutip dari CNN.
Baca Juga: Inggris kerahkan kapal induk baru ke Pasifik gabung AS dan Jepang lawan China
#USSNimitz, #USSRonaldReagan Carrier Strike Groups team up, continue #USNavy dual carrier exercises in South China Sea: https://t.co/3RJhxUwklx #CVN68 #CVN76 @US7thFleet #FreeandOpenIndoPacific pic.twitter.com/neKevdUoqe — U.S. Pacific Fleet (@USPacificFleet) July 17, 2020
Kehadiran USS Reagan dan USS Nimitz di Laut China Selatan awal bulan ini menandai pertama kalinya dua kapal induk AS beroperasi bersama di wilayah tersebut sejak 2014 dan kedua kalinya seja tahun 2001.
Latihan ini telah dimulai sejak tanggal 4 Juli lalu dengan masing-masing armada kapal melakukan tugas khusus yang sedang dilatih.
Sebelumnya armada USS Ronald Reagan juga terlihat berada di kawasan Samudra Hindia pada tanggal 10-14 Juli kemarin.
Sempat diprotes China
Baca Juga: Tolak klaim AS, China: Berhentilah membuat perpecahan di Laut China Selatan
Hadirnya sepasang kapal induk AS di Laut China Selatan awal bulan ini sempat menimbulkan ketegangan di wilayah tersebut. China jadi negara yang merasa paling 'terganggu' atas aktivitas tersebut.
China yang mengklaim hampir 1,3 jta mil persegi Laut China Selatan sebagai wilayahnya bereaksi keras terhadap kehadiran kapal induk AS di sana.
"Tindakan AS itu dimaksudkan untuk mendorong perselisihan antar negara, mempromosikan militerisasi Laut China Selatan, dan merusak perdamaian serta stabilitas di Laut China Selatan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian saat itu, seperti dikutip dari CNN.
Baca Juga: Menlu AS: Klaim China atas Laut China Selatan melawan hukum
Seperti kita ketahui bersama, sejak saat itu kondisi di Laut China Selatan tidak setenang biasanya. Perairan paling 'panas' di dunia itu langsung menjadi sorotan dunia.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, pada sebuah kesempatan juga mengatakan bahwa dunia tidak akan membiarkan China membangun kerajaan maritim di Laut China Selatan.
Ia mengatakan bahwa AS akan berdiri bersama negara-negara sekutu mereka Asia Tenggara yang selama ini cukup terusik dengan aktivitas China di perairan tersebut.
Baca Juga: Konflik Laut China Selatan memanas, kapal perang AS kirim pesan ke Beijing