kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sempat ditangguhkan, Oxford akan lanjutkan uji klinis vaksin AstraZeneca


Minggu, 13 September 2020 / 17:18 WIB
Sempat ditangguhkan, Oxford akan lanjutkan uji klinis vaksin AstraZeneca
ILUSTRASI. AstraZeneca. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Universitas Oxford dan raksasa farmasi AstraZeneca Plc telah memulai kembali uji klinis tahap akhir vaksin Covid-19 di Inggris setelah sebelumnya sempat dihentikan karena salah satu relawan mengalami efek samping setelah disuntik vaksin tersebut. 

Dalam keterangan resminya seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (12/9), Oxford mengatakan, Otoritas Pengaturan Kesehatan Obat-obatan Inggris telah merekomendasikan agar uji coba tetap dilanjutkan setelah dilakukan tinjauan independen terhadap data keamanan memicu penghentian sementara pada 6 September.

Meskipun penghentian sementara biasa terjadi dalam uji klinis vaksin, namun pemicu penangguhan sementara studi Astra-Oxford tersebut telah menimbulkan kekhawatiran besar terhadap kelangsungan hidup jika menggunakan vaksin tersebut. 

Berbagai negara tengah berlomba-lomba mengembangkan vaksin Covid-19. Sebelum-sebelumnya, normalnya pengembangan vaksin membutuhkan waktu satu dekade. Namun, mendesaknya kebutuhan akan vaksin Covid-19 membuat pengembangannya bergerak menjadi hanya dalam hitungan bulan dimana hasil uji klinis tahap akhir diharapkan bisa tersedia bulan depan. 

Keterangan resmi Astra dan Oxford tersebut tidak menjelaskan status uji coba vaksin di luar Inggris. Seperti diketahui, uji klinis vaksin oxford itu tengah dilakukan di berbagai negara sebelum dihentikan sementara. Diantaranya, Inggris, Amerika Serikat (AS), Brazil, Afrika Selatan, dan India

Baca Juga: Uji coba vaksin Covid-19 dari AstraZeneca kembali dilanjutkan di Inggris

Perwakilan Institut Kesehatan Nasional AS tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar. Sementara seorang juru bicara AstraZeneca menolak berkomentar.

Chief Executive Officer AstraZeneca Pascal Soriot pada 10 September lalu mengatakan, vaksin tersebut ditargetkan tetap ditargetkan tersedia akhir tahun.  Dewan keamanan independen sedang meninjau apakah penyakit peserta disebabkan oleh vaksin atau sama sekali tidak terkait.

Soriot bilang tidak jelas apakah peserta memiliki kondisi yang disebut myelitis transversal, diagnosis yang dicurigai. Direktur NIH Francis Collins mengatakan kepada komite Senat Rabu bahwa ujicoba telah dihentikan pada relawan yang mengalami efek samping tersebut karena masalah sumsum tulang belakang.

"Kami tidak dapat mengungkapkan informasi medis tentang penyakit tersebut karena alasan kerahasiaan peserta. Kami berkomitmen terhadap keselamatan peserta kami dan standar perilaku tertinggi dalam studi kami dan akan terus memantau keselamatan dengan cermat," tulis Oxford.

Vaksin Oxford tersebut sudah diujicoba kepada sekitar 18.000 orang.  Oxford-AstraZneca telah memulai uji coba fase 3 dalam jumlah besar di AS pada akhir Agustus dimana targetnya ujicoba ini bisa mencapai 30.000 orang.

AstraZeneca adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang ikut serta dalam program Operation Warp Speed pemerintah AS untuk mempercepat vaksin virus corona. Pada bulan Mei, perusahaan menandatangani kesepakatan senilai US$ 1,2 miliar dengan AS untuk mendukung studi klinis dan memasok 300 juta dosis vaksin. Perusahaan farmasi itu telah berjanji untuk menyediakan vaksin secara nirlaba selama pandemi dan telah membuat kesepakatan di seluruh dunia untuk memasok hampir 3 miliar dosis.

Baca Juga: AstraZeneca resumes UK trials of COVID-19 vaccine halted by patient illness

Oxford memulai uji coba manusia terhadap tembakannya pada tanggal 23 April dengan hampir 1.100 sukarelawan dan pada akhir Mei maju dengan cepat ke studi skala besar di Inggris yang melibatkan lebih dari 10.000 orang termasuk mereka yang berusia di atas 55 tahun. Para peneliti sedang mencari secara signifikan jumlah kasus Covid-19 yang lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok yang divaksinasi untuk menunjukkan bahwa suntikan itu efektif.

Uji coba dimulai tepat ketika tingkat infeksi di Inggris mulai menurun pada Mei, sehingga lebih sulit untuk menunjukkan apakah vaksin itu berhasil. Dalam beberapa pekan terakhir, kasus baru kembali meningkat.

Regulator kesehatan Brazil Anvisa mengatakan pada hari Sabtu bahwa pihaknya menerima informasi dari AstraZeneca yang memungkinkannya untuk mempertimbangkan  kembali memulai uji klinis.

Pada bulan Juli, Oxford melaporkan hasil awal yang menunjukkan vaksin tersebut meningkatkan tingkat antibodi penawar pelindung dan sel-T kekebalan yang menargetkan dan menghancurkan sel yang terinfeksi. 

Oxford tidak melaporkan efek samping yang serius sebagai bagian dari percobaan fase 1-2. Para peneliti melanjutkan uji coba rezim dua dosis setelah menemukan itu menghasilkan respons yang lebih kuat pada 10 sukarelawan. Tidak jelas apakah peserta yang jatuh sakit memiliki dua dosis atau satu.

Selanjutnya: Menyusul Negara Lain, Jepang Menyiapkan US$ 6,32 miliar Untuk Vaksin Corona Gratis




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×