Sumber: Guardian, BBC |
CARACAS. El Commandante Hugo Chavez telah pergi, meninggalkan negeri yang dipimpinnya selama 14 tahun dalam ketidakpastian. Venezuela memang akan memilih pengganti Chavez dalam 30 hari. Namun apakah penggantinya akan meneruskan revolusi sosialis Chavez di tengah defisit tinggi ekonomi Venezuela?
Sebelum memilih, 29 juta warga negeri dengan cadangan minyak terbesar dunia itu akan berkabung selama sepekan. Chavez disemayamkan hari ini (8/3). Bagi jutaan orang Chavista atau loyalis Chavez yang sedikitnya mencakup sepertiga penduduk Venezuela, seorang pahlawan telah tumbang. Namun bagi jutaan orang lain yang menganggap Chavez sebagai penjahat dan flamboyan penipu, kepergian Chavez akan disyukuri.
Negara-negara di dunia, setidaknya pemerintah Amerika Serikat, akan mengawasi dengan ketat apakah gerakan revolusi sosialis abad 21 ala Chavez alias Chavismo bakal bertahan. Dengan model ini, pemerintahan Chavez mengontrol ekonomi, memberi subsidi kepada Kuba, dan mengampanyekan retorika anti imperialisme Yankee.
Perusahaan minyak asing, termasuk Chevron dan perusahaan Rusia serta China, akan melakukan manuver untuk melindungi investasi mereka.
China terutama akan harap-harap cemas menanti presiden baru Venezuela. Maklum saja, China Development Bank telah mengucurkan pinjaman besar senilai US$ 42,5 miliar kepada Venezuela. Menteri Perminyakan Venezuela pada September 2012 mengatakan, dari 640.000 barel minyak per hari yang diekspor ke China, 200.000 barel digunakan untuk membayar utang ke Beijing.
Artinya, apabila kinerja PDVSA, Pertamina-nya Venezuela tak dieprbaiki, maka utang akan menggerogoti ekonomi Venezuela. Menurut Bank Dunia, ekonomi Venezuela diprediksi tumbuh di atas 5% selama 2012. Namun untuk 2013, Bank Dunia meramal angkanya hanya 1,8%. Bahkan banyak analis yang memprediksi Venezuela masuk jurang resesi tahun ini.
Siapa penerus Chavez?
Masalah ekonomi itu akan dihadapi oleh siapapun pengganti Chavez. Dalam pemilu nanti, rakyat kemungkinan akan memilih dari dua calon. Nicolas Maduro, wakil presiden Venezuela saat ini, akan berhadapan dengan Henrique Capriles, dari partai oposisi yang kalah dari Chavez pada pemilu di Oktober lalu.
Polling menunjukkan bahwa Maduro, mantan supir bus yang karismanya berada di bawah Chavez, harus berjuang menahan Capriles. Capriles adalah penantang muda yang mendapat suara dari elit konservatif.
Walau begitu, Maduro bisa menarik simpati dari sisi emosional pemakaman Chavez, jadwal pemilu yang sempit, dan "red machine" atau aliansi antara Partai PSUV, institusi pemerintah, dan pendapatan minyak. Maduro juga mendapat dukungan dari menteri-menteri kunci, ideologis sipil, dan warga Kuba yang menjabat sejumlah posisi penting dalam pemerintahan Venezuela.
Namun begitu, ada spekulasi bahwa Diosdado Cabello, pimpinan majelis nasional, akan mengukuhkan diri sebagai presiden sementara dan menunda pemilu. Cabello akrab dengan militer dan pebisnis besar negara itu. Koalisi militer dan bisnis tentu lebih pragmatis, namun bisa lebih korup dari faksi Chavista lainnya.
Jangan lupakan pula bahwa Venezuela punya satu kartu wild card yakni keluarga Chavez. Dua anak perempuannya dan kakaknya Adan yang menjabat GUbernur Barinas, punya kekuasaan untuk menyatukan atau meretakkan Chavismo.
Mari kita tunggu, bagaimana nasib revolusi Bolivarian di tanah Venezuela selanjutnya.