Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - KYIV/BAKHMUT. Pada Kamis (7/7/2022), Vladimir Putin menuduh Barat melakukan agresi puluhan tahun terhadap Moskow. Dia memperingatkan bahwa jika AS ingin mencoba mengalahkan Rusia di medan perang, boleh dicoba, tetapi ini akan membawa tragedi bagi Ukraina.
Melansir Reuters, pernyataannya datang ketika Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bersiap untuk pertemuan tertutup menteri luar negeri pada pertemuan G20 di Indonesia pada hari Jumat (8/7/2022). Ini akan menjadi pertemuan pertama kalinya diplomat top Putin bertatap muka dengan penentang paling vokal dari invasi Rusia ke Ukraina yang dilancarkan pada bulan Februari.
"Kami telah mendengar berkali-kali bahwa Barat ingin melawan kami sampai Ukraina terakhir. Ini adalah tragedi bagi rakyat Ukraina, tetapi tampaknya semuanya menuju ke arah ini," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi kepada para pemimpin parlemen.
Putin menambahkan, Barat telah gagal dalam upayanya untuk menahan Rusia. Dan sanksinya terhadap Moskow telah menyebabkan kesulitan tetapi tidak pada skala yang dimaksudkan.
Baca Juga: Boris Johnson Mundur Sebagai PM Inggris, Rusia: Kami Juga Tak Menyukainya
"Rusia tidak menolak pembicaraan damai, tetapi semakin jauh konflik berlanjut, semakin sulit untuk mencapai kesepakatan," katanya.
Sebelumnya, Kyiv kehilangan salah satu pendukung internasional utamanya setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia akan mundur. Ukraina mengatakan pihaknya mengharapkan dukungan Inggris untuk melanjutkan perjuangan dan berterima kasih kepada Johnson karena membela kepentingan Ukraina.
Sebaliknya, Moskow tidak menyembunyikan kegembiraannya atas kematian politik seorang pemimpin yang telah lama dikritik karena mempersenjatai Kyiv dengan penuh semangat.
Dalam panggilan telepon, Johnson mengatakan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, "Kamu adalah pahlawan, semua orang mencintaimu," kata juru bicara Johnson.
Baca Juga: Pasukan Rusia Membumi Hanguskan Wilayah Ukraina Timur
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menggambarkan Perdana Menteri Inggris sebagai "teman sejati Ukraina" karena menjadi salah satu pemimpin dunia pertama yang secara tegas mengutuk invasi dan juga membantu Ukraina mempertahankan diri dan akhirnya memenangkan perang ini di masa depan.
Pengunduran diri Johnson terjadi pada saat gejolak domestik di beberapa negara Eropa lainnya yang mendukung Kyiv dan keraguan tentang daya tahan mereka untuk apa yang telah menjadi konflik yang berlarut-larut.