kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Serangan udara mematikan Rusia merupakan tembakan peringatan untuk Turki


Rabu, 28 Oktober 2020 / 09:41 WIB
Serangan udara mematikan Rusia merupakan tembakan peringatan untuk Turki
ILUSTRASI. Ilustrasi helikopter militer milik Rusia. REUTERS/Evgenia Novozhenina


Sumber: Arab News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Serangan udara Rusia terbaru menunjukkan Moskow bersedia mendorong Turki untuk mendukung ekstremisme, katanya kepada Arab News.

Namun, Orwa Ajjoub, peneliti afiliasi di Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Lund di Swedia, mengatakan serangan udara terhadap pemberontak yang didukung Turki harus dilihat sebagai bagian dari konflik yang lebih luas antara kedua negara.

"Ankara dan Moskow telah gagal tiga kali untuk mempertahankan gencatan senjata permanen di Nagorno-Karabakh, di mana kedua aktor tersebut masing-masing mendukung negara lawan Azerbaijan dan Armenia," katanya kepada Arab News.

Baca Juga: Jelang kunjungan Pompeo, China protes pernyataan AS yang intimidasi Sri Lanka

“Di Libya, 'gencatan senjata permanen' yang ditengahi PBB antara pasukan Jenderal Khalifa Hafter yang didukung oleh Rusia, UEA dan Arab Saudi, dan pemerintah Kesepakatan Nasional yang didukung oleh Turki dan Qatar, juga disambut dengan kecurigaan dan kegelisahan sejak Ankara dan Moskow harus menarik tentara bayaran mereka dari negara itu sebelum mengamankan kemenangan yang menentukan,” kata Ajjoub.

Kementerian Luar Negeri Turki belum membuat pernyataan apa pun tentang serangan Rusia tersebut.

Selama kunjungan ke Athena pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengomentari hubungan kedua negara, dengan mengatakan: "Kami memiliki hubungan baik dengan Turki, tetapi bukannya tanpa masalah."

Baca Juga: Sukhoi Rusia kembali cegat pesawat pengintai AS dan Jerman di atas Laut Baltik

Namun, Ajjoub yakin Rusia berharap untuk "mengubah kartu" di Suriah dalam upaya untuk menekan sikap Turki di Nagorno-Karabakh dan Libya.

"Keputusan Rusia untuk melakukan serangan terhadap proxy utama Ankara dirancang untuk mengubah status quo di Idlib," katanya.

Sejak gencatan senjata 5 Maret antara Turki dan Rusia, Idlib telah menikmati ketenangan relatif yang terganggu oleh serangan terutama oleh rezim Suriah.

"Serangan itu ditujukan untuk menggambar ulang peta barat laut Suriah," tambah Ajjoub.

Selanjutnya: Putin: Gabungan militer Rusia-China akan lebih kuat daripada AS




TERBARU

[X]
×