kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,99   -12,74   -1.37%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sergio Mantegazza: Sukses di bisnis wisata air (3)


Kamis, 23 April 2015 / 13:11 WIB
Sergio Mantegazza: Sukses di bisnis wisata air (3)
ILUSTRASI. Rekomendasi saham pilihan untuk perdagangan hari ini


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Sergio Mantegazza secara resmi mengelola bisnis Voyagers Inc pada tahun 1974. Pada dekade awal 1970-an, Globus meluncurkan perusahaan Amerika Utara, yaitu Grup Voyagers. Perusahaan ini mengawasi operasional perjalanan wisata dengan Amerika Serikat sebagai pangsa pasarnya dan juga sebagai holding atau induk usaha yang mengawasi kinerja Globus dan Cosmos.

Sergio kemudian meluncurkan perusahaan yang bergerak di jasa pelayaran yang bernama Avalon Waterways tahun 2003. Perusahaan ini menawaran wisawat jelajah sungai-sungai besar di Eropa dan Asia. Avalon juga menawarkan suite yang menghadap perairan.

Pada tahun yang sama, Sergio  memperluas gurita bisnisnya dengan meluncurkan perusahaan baru yaitu Monograms. Lewat Monograms, Sergio menawarkan paket-paket liburan.

Tapi, bisnis tak selamanya berjalan dengan lancar. Jatuh bangun dalam membangun dan mempertahankan sebuah usaha, wajar adanya. Bahkan pepatah Tiongkok kuno menyatakan, jika jatuh tujuh kali maka harus bangkit sebanyak delapan kali.

Sergio terus mengembangkan bisnis jasa perjalanan wisata alias bisnis travelnya hingga mendunia. Hingga pada akhirnya tahun 1968, Sergio mendirikan perusahaan jasa angkutan udara komersial sendiri, Monarch Airlines.

Sayang, bisnis jasa penerbangan murahnya ini sepertinya tidak berjalan lancar sebagaimana bisnis lainnya. Setelah 43 tahun mengudara, maskapai Monarch Airlines terpaksa harus menelan pil pahit.

Tahun 2011, maskapai ini harus mendapatkan suntikan dana agar tetap dapat mengangkasa. Sergio bahkan harus terpaksa menyuntikkan dana segar mencapai £ 75 juta ke dalam bisnis perjalanan. Padahal, Sergio  sudah menyuntikkan modal segar ke Monarch Airlines sebanyak £ 45 miliar untuk pembiayaan operasional pada tahun 2009.

Pada tahun 2011 Monarch merugi sebesar £ 70 juta. Kerugian ini merupakan kerugian sebelum pajak pada tahun 2011, setelah maskapai terkena imbas dari tingginya harga minyak sehingga membuat biaya operasional membengkak.

Selama dua tahun, Monarch Airlines masuk daftar hitam perusahaan yang dimiliki oleh klan Mantegazza lantaran tak mampu menghasilkan laba. Situs The Telegraph menulis bahwa akhirnya Monarch Airlines telah mampu mendatangkan pundi-pundi keuntungan bagi Sergio dua tahun setelah suntikan modal. Monarch Holdings mencetak laba sebelum pajak sekitar £ 15 juta tahun 2013, tumbuh hampir 16% dalam setahun.

Pendapatan cemerlang Monarch tidak bertahan lama. Sergio pun terpaksa harus kembali merogoh kocek untuk keberlangsungan bisnis penerbangan pada tahun lalu. Secara total, Sergio harus menyuntikkan uang tunai ke Monarch untuk ketiga kalinya dalam lima tahun. Kali ini, suntikan dana mencapai £ 60 miliar.

Suntikan modal ini untuk membayar utang, sekaligus menambah rute dan ekspansi lain. Tahun 2014 menjadi tahun yang sulit bagi Monarch Airlines. Monarch terpaksa memotong harga tiket setelah pemulihan yang diharapkan gagal terwujud. Monarch bahkan mendapat saingan berat dari EasyJet, dibisnis penerbangan murah ini.

Akhirnya, Sergio  pun memutuskan untuk menjual seluruh saham Monarch Airlines ke tangan Greybull Capital. Sebelum menjual Monarch, Sergio bekerja cermat dan berusaha untuk merampingkan biaya operasional Monarch Airlines dengan menyusutkan jumlah armada. Selain itu, Monarch juga tidak melayani penerbangan di rute-rute yang tidak menguntungkan.      

(Bersambung)




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×