Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - ISTANBUL. Presiden Turki Tayyip Erdogan bergabung dengan ribuan jamaah di Hagia Sophia untuk melaksanakan sholat yang pertama kali di tempat tersebut dalam 86 tahun terakhir.
Monumen yang dihormati oleh umat Kristen dan Muslim selama hampir 1.500 tahun ini memang dikembalikan fungsinya oleh pemerintah Turki sebagai masjid.
Baca Juga: Bergabung dengan jamaah lain, Presiden Turki Erdogan shalat Jumat di Hagia Sophia
Erdogan dan para menterinya, yang mengenakan masker putih sebagai tindakan pencegahan terhadap Covid-19, berlutut di atas karpet biru pada awal acara yang menandai kembalinya ibadah umat Muslim ke monumen kuno tersebut.
Sebelumnya, kerumunan warga terbentuk di pos-pos pemeriksaan di sekitar jantung bersejarah Istanbul di mana polisi menjaga keamanan. Setelah melalui pemeriksaan, para jamaah duduk terpisah di atas sajadah di area aman di luar gedung di Lapangan Sultanahmet.
“Kami mengakhiri kerinduan 86 tahun kami hari ini,” kata Sait Colak, warga yang ikut beribadah merujuk pada hampir sembilan dekade sejak Hagia Sophia dinyatakan sebagai museum dan tidak lagi menjadi tempat ibadah.
"Terima kasih atas keputusan presiden dan pengadilan kita, hari ini kita akan mengadakan sholat Jum'at di Hagia Sophia," ujarnya.
Baca Juga: Ratusan umat Islam di Turki menjalankan sholat Jumat perdana di Hagia Sophia
Pengadilan tinggi Turki mengumumkan bulan ini bahwa mereka membatalkan status Hagia Sophia sebagai museum. Erdogan segera mengubahnya menjadi masjid.
Sejarah Hagia Sophia sendiri adalah sebuah bangunan yang merupakan katedral Bizantium Kristen selama 900 tahun sebelum direbut oleh Ottoman dan berfungsi sebagai masjid hingga 1934.
Asal tahu, selama 17 tahun pemerintahannya, Erdogan telah memperjuangkan Islam dan ketaatan beragama dan mendukung upaya untuk mengembalikan status masjid Hagia Sophia.
Baca Juga: Beralih fungsi jadi masjid, Hagia Sophia gelar salat Jumat perdana
Konversi ini sendiri memicu kecaman sengit dari para pemimpin gereja, yang mengatakan konversi ke ibadah Muslim eksklusif berisiko memperdalam perpecahan agama.
Namun pemerintah Turki mengatakan situs itu akan tetap terbuka untuk pengunjung dan karya seni Kristennya dilindungi.