kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.383.000   23.000   0,97%
  • USD/IDR 16.617   -4,00   -0,02%
  • IDX 8.051   -15,35   -0,19%
  • KOMPAS100 1.106   2,18   0,20%
  • LQ45 772   0,26   0,03%
  • ISSI 289   -0,19   -0,07%
  • IDX30 404   0,55   0,14%
  • IDXHIDIV20 454   -1,30   -0,29%
  • IDX80 122   0,02   0,02%
  • IDXV30 130   -0,81   -0,62%
  • IDXQ30 128   0,67   0,53%

Shutdown Pemerintah AS Bikin Dunia Buta Data, Risiko Salah Kebijakan Meningkat


Rabu, 15 Oktober 2025 / 16:53 WIB
Shutdown Pemerintah AS Bikin Dunia Buta Data, Risiko Salah Kebijakan Meningkat
ILUSTRASI. Penutupan sebagian (shutdown) pemerintahan Amerika Serikat yang menghentikan aliran data ekonomi resmi kini mulai menimbulkan kekhawatiran global. REUTERS/Leah Millis


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penutupan sebagian (shutdown) pemerintahan Amerika Serikat yang menghentikan aliran data ekonomi resmi kini mulai menimbulkan kekhawatiran global.

Bagi para pembuat kebijakan di Jepang, Eropa, dan negara lain, data ekonomi AS merupakan referensi penting untuk menilai arah perdagangan, inflasi, dan nilai tukar di negara mereka masing-masing.

Singkatnya, apa yang terjadi di Amerika tidak hanya berdampak di Amerika. Hilangnya akses data dari ekonomi terbesar dunia — senilai sekitar US$30 triliun atau seperempat output global — dapat mengaburkan pandangan ekonomi global dan meningkatkan risiko kesalahan kebijakan.

Bank Sentral Jepang: “Masalah Serius”

Gubernur Bank of Japan (BOJ), Kazuo Ueda, pada konferensi pers 3 Oktober mengatakan bahwa kondisi ini menjadi hambatan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melanjutkan kenaikan suku bunga.

“Ini masalah serius. Kami berharap situasi ini segera terselesaikan,” ujar Ueda.

Baca Juga: Trump Ancam Spanyol dengan Tarif Dagang karena Tolak Naikkan Anggaran Pertahanan

Seorang pejabat Jepang lainnya bahkan menyindir kebijakan The Fed.

“Ini seperti lelucon. (Ketua The Fed Jerome) Powell selalu bilang kebijakan The Fed bergantung pada data, tapi sekarang tidak ada data yang bisa diandalkan,” katanya tanpa menyebut nama karena tidak berwenang berbicara ke publik.

Kekhawatiran di Eropa: Dari Fed Hingga Dolar AS

Anggota Komite Kebijakan Bank of England (BOE), Catherine Mann, menilai bahwa ketidakpastian soal data AS dan independensi The Fed tidak langsung memengaruhi kebijakan BOE. Namun, ia memperingatkan dampak jangka panjang terhadap posisi dolar AS di sistem keuangan global.

Menurut Mann, perubahan kebijakan yang melemahkan status dolar atau merusak independensi The Fed bisa menjadi “rayap” yang perlahan menggerogoti kepercayaan dunia terhadap mata uang tersebut, sebagaimana dulu terjadi pada pound sterling.

“Ini bukan ancaman langsung, tapi seperti rayap—sesuatu yang bekerja perlahan di bawah permukaan,” kata Mann.

IMF: Tekanan Politik Bisa Rusak Kepercayaan Publik

Pertemuan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington minggu ini dibayangi kekhawatiran terhadap pemerintahan Presiden Donald Trump — mulai dari kebijakan perdagangan, perang di Ukraina, hingga kini penutupan lembaga statistik resmi.

Trump bahkan memecat kepala Bureau of Labor Statistics (BLS) setelah kecewa terhadap laporan pekerjaan yang menurut IMF termasuk dalam “risiko penurunan” ekonomi global.

Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) terbarunya, IMF memperingatkan:

“Peningkatan tekanan politik terhadap lembaga kebijakan dapat mengikis kepercayaan publik terhadap kemampuan mereka menjalankan mandatnya. Tekanan terhadap lembaga teknokrat yang bertugas mengumpulkan dan menyebarkan data juga dapat mengurangi kepercayaan publik dan pasar terhadap statistik resmi, sehingga memperumit tugas bank sentral dan pembuat kebijakan.”

Dampak Langsung ke Pasar dan Bank Sentral Dunia

Meski tidak semua data AS berhenti mengalir, Federal Reserve masih bisa mengandalkan survei internal dan data privat untuk menganalisis kondisi ekonomi. Namun, sumber-sumber alternatif ini dianggap hanya sebagai “tambalan sementara” dan belum tentu cukup akurat.

Baca Juga: Trump Puji Prabowo di Panggung Dunia, Apa Katanya?

Ekonom Adam Posen, Presiden Peterson Institute for International Economics dan mantan pejabat BOE, menilai bahwa masalah utamanya bukan sekadar hilangnya data, melainkan krisis kepercayaan terhadap tata kelola ekonomi AS.

“Shutdown ini memperkuat skeptisisme terhadap pemerintahan AS dan keandalan datanya. Itu pada akhirnya bisa memengaruhi keputusan cadangan devisa dan kebijakan mata uang negara lain,” ujar Posen.

IMF: Dampak Global Belum Parah, Tapi Arah Masih Kabur

Dalam pembaruan laporan ekonominya, IMF menyebut dampak kebijakan perdagangan AS sejauh ini tidak seburuk kekhawatiran awal. Setelah memangkas proyeksi pertumbuhan global pada April menjadi 2,8%, IMF kini merevisi naik ke 3,2% untuk tahun ini.

Namun, IMF menegaskan bahwa tanpa aliran data ekonomi AS yang lengkap, pandangan terhadap perekonomian dunia akan makin kabur seiring berjalannya waktu.

Analis Eurasia Group, Robert Kahn, menyimpulkan: “Masih banyak informasi mikro dan bukti anekdotal yang bisa dikumpulkan, tetapi bagaimana mengolahnya — dan bagaimana pasar bereaksi terhadap kabar itu — tetap menjadi ketidakpastian besar. Semakin lama shutdown berlangsung, risiko kesalahan kebijakan akan semakin tinggi.”

Selanjutnya: KAI Commuter Tambah 11 Rangkaian KRL Baru di Rute Bogor dan Cikarang

Menarik Dibaca: Isu Bursa Transfer 2025: Fernandes Siap Tinggalkan MU, Isak Masuk Radar Barcelona




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×