Sumber: Reuters | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Negosiator Amerika Serikat (AS) tengah menggelar pertemuan dengan pejabat Rusia untuk mencari solusi atas konflik Rusia dengan Ukraina. Di tengah diskusi tersebut, terkuak laporan intelijen AS yang memperingatkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin masih keukeuh ingin merebut seluruh Ukraina.
Menurut enam sumber intelijen AS yang mengetahui hal tersebut, seperti diberitakan Reuters, Putin ingin merebut kembali sebagian wilayah Eropa yang dulunya milik kekaisaran Soviet tersebut. Artinya, ada kemungkinan negosiasi tidak akan membuahkan hasil.
Laporan-laporan tersebut menyajikan gambaran yang sangat berbeda dari yang dilukiskan oleh Presiden AS Donald Trump dan para negosiator perdamaian Ukraina. Menurut pernyataan resmi yang beredar, Putin ingin mengakhiri konflik tersebut.
Baca Juga: Putin Ultimatum Ukraina, Damai Lewat Perundingan atau Hadapi Kekuatan Militer
Intelijen tersebut juga bertentangan dengan pernyataan Putin yang menyangkal ia adalah ancaman bagi Eropa.
Temuan intelijen AS tersebut konsisten sejak Putin melancarkan invasi skala penuhnya pada tahun 2022. Temuan tersebut menegaskan bahwa Putin ingin menguasai seluruh Ukraina dan wilayah negara-negara bekas blok Soviet, termasuk anggota aliansi NATO.
"Intelijen selalu menunjukkan bahwa Putin menginginkan lebih banyak," kata Mike Quigley, anggota Partai Demokrat dari Komite Intelijen DPR, dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
Baca Juga: AS dan Rusia Bahas Potensi Kesepakatan Energi di Tengah Negosiasi Damai Ukraina
Rusia kini menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina. Ini termasuk sebagian besar Luhansk dan Donetsk, provinsi-provinsi yang membentuk jantung industri Donbas, sebagian provinsi Zaporizhzhia dan Kherson, serta Krimea, semenanjung Laut Hitam yang strategis.
Putin mengklaim Krimea dan keempat provinsi tersebut sebagai milik Rusia. Menurut sumber Reuters, Trump menekan Ukraina untuk menarik pasukannya dari sebagian kecil Donetsk yang masih dikuasai Ukraina, sebagai bagian dari kesepakatan perdamaian yang diusulkan. Hal ini ditolak oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan sebagian besar warga Ukraina.
Kantor Direktur Intelijen Nasional, CIA, dan kedutaan Rusia tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar.
Baca Juga: Bertemu di Florida, Pejabat AS dan Rusia Bahas Kelanjutan Perdamaian Ukraina
Putin pada pertemuan Jumat (19/12) tidak menawarkan kompromi, meskipun ia mengatakan dalam konferensi pers tahunan bahwa ia siap untuk membahas perdamaian. Ia mengatakan persyaratannya harus dipenuhi karena pasukannya telah maju 6.000 kilometer persegi tahun ini.
Beberapa pejabat pemerintahan Trump mengakui, Putin mungkin tidak bersedia menerima kurang dari tujuan awalnya untuk menaklukkan Ukraina. "Kita tahu apa yang ingin mereka capai awalnya ketika perang dimulai. Mereka belum mencapai tujuan tersebut," kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam konferensi pers, Jumat (19/12).













