kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.035.000   26.000   1,29%
  • USD/IDR 16.445   1,00   0,01%
  • IDX 7.886   84,28   1,08%
  • KOMPAS100 1.105   15,66   1,44%
  • LQ45 799   5,45   0,69%
  • ISSI 270   3,79   1,42%
  • IDX30 414   3,13   0,76%
  • IDXHIDIV20 481   3,65   0,76%
  • IDX80 121   0,81   0,67%
  • IDXV30 133   1,45   1,10%
  • IDXQ30 134   1,23   0,93%

Putin Ultimatum Ukraina, Damai Lewat Perundingan atau Hadapi Kekuatan Militer


Rabu, 03 September 2025 / 22:23 WIB
Putin Ultimatum Ukraina, Damai Lewat Perundingan atau Hadapi Kekuatan Militer
Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin dalam keterangan pers bersama usai pertemuan bilateral dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Konstantinovsky, St. Petersburg, pada Kamis, 19 Juni 2025.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan ultimatum kepada Ukraina bahwa perang hanya bisa diakhiri melalui dua jalan: perundingan atau kekuatan militer.

Ia menegaskan lebih memilih jalur diplomasi, namun siap menempuh opsi militer jika diperlukan.

Pernyataan itu disampaikan Putin di Beijing, Rabu (3/9/2025), usai kunjungannya ke Tiongkok. Menurutnya, ada “secercah harapan” penyelesaian konflik mengingat upaya Amerika Serikat yang ia nilai tulus dalam mendorong perdamaian.

“Jika akal sehat yang menang, akan mungkin dicapai solusi yang dapat diterima untuk mengakhiri konflik ini. Itu asumsi saya,” kata Putin. 

Baca Juga: Ini Ancaman Trump kepada Rusia Jika Putin Tolak Perjanjian Damai

“Kami melihat sikap pemerintahan AS di bawah Presiden Trump yang tampak sungguh-sungguh mencari jalan keluar. Karena itu saya pikir ada cahaya di ujung terowongan. Namun jika tidak, maka semua tugas yang ada akan kami selesaikan dengan kekuatan senjata.”

Meski berbicara tentang peluang dialog, Putin tidak menunjukkan tanda melunakkan tuntutan lamanya. 

Rusia tetap menegaskan Ukraina harus menghentikan upaya bergabung dengan NATO, mengakhiri diskriminasi terhadap penutur bahasa Rusia dan etnis Rusia, serta mengakui kendali penuh Moskow setidaknya atas wilayah Donbas di Ukraina timur.

Putin juga menyatakan kesiapannya bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy jika yang bersangkutan datang ke Moskow, meski ia meragukan apakah pertemuan itu akan bermanfaat. 

Baca Juga: Informasi Intelijen AS Sebut Pasukan Ukraina Tidak Terkepung di Kursk

Ia kembali menegaskan anggapannya bahwa Zelenskiy tidak sah sebagai presiden, karena masa jabatan resminya telah berakhir tetapi tidak ada pemilu akibat darurat militer. Kyiv menolak klaim tersebut, menegaskan pemilu mustahil digelar dalam kondisi perang.

Sementara itu, Zelenskiy terus mendesak agar ada pertemuan langsung dengan Putin guna membicarakan kemungkinan kesepakatan. Ia juga meminta Washington menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Moskow bila Putin menolak.

Presiden AS Donald Trump, yang berusaha memediasi perdamaian, juga mendorong kedua pemimpin untuk bertemu.

Trump telah menyinggung kemungkinan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap Rusia, namun belum merealisasikannya.

Baca Juga: Rusia Akan Merespons Serangan Ukraina Jika Dianggap Perlu

Putin menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa dirinya tidak pernah menolak ide bertemu Zelenskiy. Namun, ia menegaskan pertemuan semacam itu harus dipersiapkan matang dan menghasilkan kemajuan nyata.

“Aspek pentingnya adalah hasil. Apakah pertemuan itu ada gunanya? Kita lihat saja nanti,” ujar Putin.

Selanjutnya: Data Tenaga Kerja AS Turun di Juli 2025, Begini Efeknya

Menarik Dibaca: 4 Cara Menghilangkan Blackhead dengan Bahan Alami, Mau Coba?




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×