Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/KYIV. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan pada Selasa (25/11/2025) bahwa Kyiv siap melangkah maju dengan kerangka rencana perdamaian yang didukung Amerika Serikat (AS), sekaligus membuka ruang untuk membahas sejumlah poin yang masih diperdebatkan langsung dengan Presiden AS Donald Trump.
Zelenskiy menegaskan pembahasan itu harus melibatkan sekutu Eropa.
Baik AS maupun Ukraina tengah berupaya mempersempit perbedaan dalam rencana Trump untuk mengakhiri perang Rusia–Ukraina, konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
Baca Juga: Gelombang PHK Mengguncang Singapura: 20.000 Pekerja Tumbang
Ukraina tetap berhati-hati terhadap risiko ditekan untuk menerima kesepakatan yang terlalu menguntungkan Rusia, termasuk kemungkinan konsesi wilayah.
Dalam pidatonya kepada kelompok negara “coalition of the willing”, salinan yang diperoleh Reuters, Zelenskiy mendesak para pemimpin Eropa menyepakati kerangka pembentukan “pasukan penjamin keamanan” bagi Ukraina, serta mempertahankan dukungan selama Rusia belum menunjukkan niat mengakhiri perang.
“Kami yakin keputusan keamanan untuk Ukraina harus melibatkan Ukraina; keputusan keamanan untuk Eropa harus melibatkan Eropa... Karena ketika sesuatu diputuskan di belakang suatu negara, selalu ada risiko keputusan itu tidak akan berjalan,” kata Zelenskiy dalam pidatonya.
“Kerangka itu sudah ada di meja, dan kami siap melangkah maju bersama dengan Amerika Serikat dan keterlibatan langsung Presiden Trump,” ujarnya.
Baca Juga: Menkeu AS Kritik Sistem Kontrol Suku Bunga The Fed: “Terlalu Rumit!”
AS akan Temui Putin dan Ukraina Secara Terpisah
Trump, melalui pernyataan di media sosial, mengatakan negosiasi saat ini menyisakan “beberapa poin” yang belum disepakati.
Ia memerintahkan utusan khususnya, Steve Witkoff, untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow. Pada saat bersamaan, Menteri Angkatan Darat AS Dan Driscoll akan bertemu pejabat Ukraina.
Trump mengatakan dirinya akan bertemu Zelenskiy dan Putin “hanya ketika kesepakatan untuk mengakhiri perang telah final atau mendekati final”.
Seorang diplomat Ukraina memperingatkan bahwa soal konsesi wilayah masih menjadi ganjalan terbesar.
“Ini pertanyaan yang sangat sulit bagi kami,” ujarnya.
Di tengah diskusi diplomatik, Kyiv kembali digempur serangan besar-besaran Rusia.
Puluhan rudal dan ratusan drone menghantam ibu kota, menewaskan tujuh orang dan merusak sistem listrik serta pemanas kota. Warga kembali berlindung di bawah tanah dengan mengenakan jaket musim dingin.
Baca Juga: HP PHK 6.000 Karyawan hingga 2028, Fokus Gaspol di AI
Zelenskiy Bersiap Kembali ke AS
Trump mengatakan pada sebuah acara di Gedung Putih bahwa ia melihat proses negosiasi “semakin dekat”.
Sementara itu, Kepala Dewan Keamanan Nasional Ukraina, Rustem Umerov, menyebut Zelenskiy bisa kembali ke AS dalam beberapa hari untuk memfinalisasi kesepakatan meski belum ada konfirmasi dari pihak AS.
Meski ada sinyal kemajuan diplomatik, peluang perdamaian tetap rapuh. Rusia menegaskan tidak akan menerima kesepakatan yang menyimpang dari “tujuan maksimum” Moskow.
Pejabat AS dan Ukraina sebelumnya menggelar pembahasan rencana tersebut di Jenewa pada Minggu. Driscoll kemudian bertemu pejabat Rusia di Abu Dhabi pada Senin dan Selasa.
Seorang pejabat Ukraina mengatakan Kyiv “mendukung inti dari kerangka kesepakatan itu, namun beberapa isu paling sensitif masih menunggu pembahasan langsung antar presiden”.
Laporan terkait negosiasi damai ini ikut menekan harga minyak yang kembali melanjutkan penurunan.
Baca Juga: Ronaldo Bebas dari Larangan Piala Dunia, FIFA Beri Masa Percobaan 1 Tahun
Poin Paling Sensitif: Wilayah, Militer, dan NATO
Kebijakan AS terhadap perang ini berubah-ubah dalam beberapa bulan terakhir. Pertemuan mendadak Trump–Putin di Alaska pada Agustus sempat memicu kekhawatiran di Kyiv dan Eropa bahwa AS akan menerima banyak tuntutan Rusia.
Meski pada akhirnya Washington justru meningkatkan tekanan terhadap Moskow, rencana 28 poin yang muncul pekan lalu mengejutkan banyak pihak.
Rencana tersebut meminta Ukraina: menyerahkan wilayah tambahan di luar 20% area yang sudah dikuasai Rusia sejak invasi 2022, menerima pembatasan pada kemampuan militernya, dan setuju untuk tidak pernah bergabung dengan NATO.
Kyiv telah lama menolak syarat-syarat tersebut karena dianggap sama saja dengan menyerah.
Situasi politik Zelenskiy juga sedang rapuh setelah skandal korupsi memaksa dua menteri mundur, sementara Rusia terus menekan di medan perang.
Baca Juga: Minyak Merosot Lebih 1% Selasa (25/11), Diplomasi AS–Ukraina Picu Harapan Damai
Zelenskiy mengakui proses menuju kesepakatan final akan sangat sulit. Serangan Rusia yang terus berlanjut juga membuat banyak warga meragukan adanya peluang damai dalam waktu dekat.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa rencana damai apa pun harus sesuai dengan “semangat dan isi” kesepahaman yang dicapai Putin dan Trump di Alaska.
“Jika semangat dan isi dari Anchorage dihapus atau berubah dari pemahaman kunci yang sudah dibangun, maka ini akan jadi situasi yang sangat berbeda bagi Rusia,” kata Lavrov.













