Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga minyak dunia turun lebih dari 1% pada perdagangan Selasa (25/11/2025), setelah Ukraina memberi sinyal mendukung kerangka kesepakatan damai yang tengah didorong intensif oleh pemerintahan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang dengan Rusia.
Potensi berakhirnya perang Ukraina membuka peluang pencabutan sanksi Barat terhadap perdagangan energi Rusia.
Hal ini berpotensi menambah pasokan minyak ke pasar global di tengah kekhawatiran terhadap kelebihan suplai pada 2026, yang saat ini menekan harga komoditas energi.
Baca Juga: Harapan Rate Cut Menguat, Emas Bertahan di Atas US$4.100 pada Selasa (25/11)
Melansir Reuters, kontrak minyak Brent turun US$1,03 (1,6%) ke US$62,34 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah 99 sen (1,7%) menjadi US$57,85 per barel pada pukul 13.30 waktu New York.
Kepala Keamanan Nasional Ukraina, Rustem Umerov, mengatakan Presiden Volodymyr Zelenskiy dapat mengunjungi AS dalam beberapa hari ke depan untuk merampungkan kesepakatan dengan Presiden Donald Trump guna mengakhiri perang.
Namun, Rusia menegaskan tidak akan menerima kesepakatan yang jauh dari tujuan militernya, sebuah sikap yang membatasi penurunan harga minyak.
“Posisi Rusia menimbulkan keraguan apakah kesepakatan formal dapat tercapai,” kata Ed Hayden-Briffett, analis minyak di Onyx Capital Group.
Keraguan tersebut makin kuat setelah Rusia kembali menggempur Kyiv dengan rudal pada Selasa. Serangan itu menewaskan enam orang, melukai 13 lainnya, dan mengganggu sistem listrik serta pemanas kota.
“Kesepakatan butuh persetujuan dua pihak, dan belum jelas apakah Rusia siap menerima,” ujar analis UBS Giovanni Staunovo.
Baca Juga: Drama Asia Timur Memuncak: Taiwan Tolak Kembali ke China, Beijing Panas
Ancaman Surplus Semakin Besar
Sejumlah analis memperkirakan pertumbuhan pasokan minyak pada 2026 akan melampaui permintaan. Deutsche Bank memproyeksikan surplus minimal 2 juta barel per hari tahun depan dan belum melihat jalan kembali ke defisit hingga setidaknya 2027.
Kesepakatan damai juga berpotensi membuat Rusia meningkatkan produksi menuju kuota OPEC+, menurut analis Commerzbank Research.
Saat ini, sanksi Barat terhadap raksasa minyak Rusia seperti Rosneft dan Lukoil, serta larangan menjual produk minyak yang diolah dari crude Rusia ke Eropa, telah membuat beberapa kilang India mengurangi pembelian minyak Rusia.
Baca Juga: Garis Merah Dilanggar: Jepang Mantap Kirim Rudal, China Murka
Akibatnya, ekspor minyak Rusia turun dan volume crude yang tersimpan di tanker meningkat.
Stok minyak tersebut berpotensi mengalir ke pasar jika sanksi dicabut, kata Commerzbank. Rusia juga disebut sedang mencari cara memperluas ekspor ke China, ujar Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.













