kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   27,00   0,16%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

Harga Minyak Merosot, Dipicu Kekhawatiran Kelebihan Pasokan dan Penguatan Dolar AS


Selasa, 04 November 2025 / 20:50 WIB
Harga Minyak Merosot, Dipicu Kekhawatiran Kelebihan Pasokan dan Penguatan Dolar AS
ILUSTRASI. Harga minyak turun lebih dari 1% pada Selasa (4/11/2025) karena keputusan OPEC+ untuk menunda kenaikan produksi. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak turun lebih dari 1% pada Selasa (4/11/2025) karena keputusan OPEC+ untuk menunda kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan, ditambah dengan data manufaktur yang lemah dan penguatan dolar, membebani pasar. 

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 76 sen, atau 1,2%, menjadi US$ 64,13 per barel pada pukul 12.56 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 81 sen, atau sekitar 1,3%, menjadi US$ 60,24 per barel.

"Rangkaian PMI manufaktur yang buruk dari Asia dan kemudian ISM AS mengkhawatirkan permintaan minyak. Begitu pula ancaman tarif yang terus-menerus mengganggu pasar," kata John Evans, analis di PVM Oil Associates.

"Kebangkitan dolar AS merupakan salah satu faktor penekan harga minyak saat ini, dan kami mengantisipasi kembalinya penurunan tajam saat ini." 

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Merosot 1% Dihantam Penguatan Dolar Selasa (4/11) Sore

Pada hari Minggu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, menyetujui sedikit peningkatan produksi minyak untuk bulan Desember dan penghentian sementara peningkatan produksi pada kuartal pertama tahun depan.

Selain itu, dorongan harga minyak dari sanksi AS terhadap perusahaan energi Rusia, Lukoil dan Rosneft, mulai memudar, kata kepala analis komoditas Bjarne Schieldrop di SEB Research dalam sebuah catatan.

"Pada 21 November, ketika sanksi (terhadap perusahaan lain yang terus berdagang dengan perusahaan Rusia) mulai berlaku, sanksi tersebut kemungkinan akan menguap, menghilang, atau dihapuskan seiring waktu."

Pasar juga terbebani oleh penguatan dolar yang mendekati level tertinggi tiga bulan karena Federal Reserve yang terpecah—tentang apakah akan memangkas suku bunga lagi pada bulan Desember—mendorong para pedagang untuk mengendalikan taruhan pemotongan suku bunga.

Baca Juga: Harga Minyak Stabil Meski OPEC+ Berencana Menghentikan Sementara Peningkatan Produksi

Dolar yang lebih tinggi membuat aset yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lain.

Di Asia, aktivitas manufaktur Jepang menyusut pada bulan Oktober dengan laju tercepat dalam 19 bulan karena penurunan permintaan di sektor otomotif dan semikonduktor utama, menurut sebuah survei sektor swasta.

Para pelaku pasar kini sedang menunggu data inventaris AS terbaru dari American Petroleum Institute (API), yang akan dirilis hari ini. Jajak pendapat awal Reuters menunjukkan stok minyak mentah AS diperkirakan akan meningkat minggu lalu.

Selanjutnya: IPC TPK Hadirkan 3 Layanan Penghubung Pelayaran dari Jakarta ke Vietnam

Menarik Dibaca: Hujan Lebat dan Angin Kencang, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (5/11) di Jabodetabek




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×