kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.380.000   40.000   1,71%
  • USD/IDR 16.681   -31,00   -0,19%
  • IDX 8.530   -40,53   -0,47%
  • KOMPAS100 1.181   -6,87   -0,58%
  • LQ45 859   -4,32   -0,50%
  • ISSI 298   -1,47   -0,49%
  • IDX30 445   -1,85   -0,41%
  • IDXHIDIV20 516   -2,72   -0,52%
  • IDX80 133   -0,80   -0,60%
  • IDXV30 137   -0,05   -0,04%
  • IDXQ30 142   -0,76   -0,53%

Harga Minyak Dunia Merosot 1% Dihantam Penguatan Dolar Selasa (4/11) Sore


Selasa, 04 November 2025 / 19:06 WIB
Harga Minyak Dunia Merosot 1% Dihantam Penguatan Dolar Selasa (4/11) Sore
ILUSTRASI. Harga minyak tertekan oleh keputusan OPEC+ yang menunda rencana kenaikan produksi pada kuartal I-2025, lemahnya data manufaktur global, serta penguatan dolar AS. REUTERS/Eli Hartman


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia kembali melemah pada Selasa (4/11/2025) lebih dari 1%.

Tertekan oleh keputusan OPEC+ yang menunda rencana kenaikan produksi pada kuartal I-2025, lemahnya data manufaktur global, serta penguatan dolar AS yang menekan daya tarik komoditas berdenominasi dolar.

Melansir Reuters, kontrak berjangka Brent turun US$0,90 atau 1,4% menjadi US$63,99 per barel pada pukul 10.56 GMT.

Sementara West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,95 atau sekitar 1,6% ke posisi US$60,10 per barel.

Baca Juga: OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi, Harga Minyak Bertahan di Sekitar US$65 per Barel

“Serangkaian data indeks PMI manufaktur yang lemah dari Asia hingga data ISM AS menjadi kekhawatiran bagi permintaan minyak. Ancaman tarif baru juga menambah tekanan pasar,” ujar John Evans, analis di PVM Oil Associates.

Ia menambahkan, “Kebangkitan dolar AS menjadi faktor penekan lain bagi harga minyak saat ini, dan kami memperkirakan tren penurunan masih akan berlanjut dalam waktu dekat.”

Pada Minggu sebelumnya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) sepakat untuk menaikkan sedikit produksi pada Desember 2024, namun menunda peningkatan lebih lanjut hingga kuartal pertama tahun depan.

Sementara itu, efek kenaikan harga akibat sanksi AS terhadap perusahaan energi Rusia, seperti Lukoil dan Rosneft, mulai memudar.

Baca Juga: Petugas Keamanan Bandara AS Lebih Tahan Hadapi Penutupan Pemerintah, Ini Sebabnya

“Ketika sanksi tambahan terhadap perusahaan yang masih berdagang dengan Rusia mulai berlaku pada 21 November, dampaknya kemungkinan akan hilang atau ditunda,” tulis Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas di SEB Research, dalam catatannya.

Faktor lain yang membebani pasar adalah penguatan dolar AS yang bertahan dekat level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Ketidakpastian sikap Federal Reserve terkait potensi pemangkasan suku bunga pada Desember membuat pelaku pasar menahan ekspektasi pemangkasan agresif.

Penguatan dolar membuat komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga menekan permintaan.

Dari Asia, aktivitas manufaktur Jepang menyusut pada Oktober dengan laju tercepat dalam 19 bulan terakhir, akibat melemahnya permintaan di sektor otomotif dan semikonduktor, menurut survei swasta terbaru.

Baca Juga: Harga Bitcoin Anjlok ke US$103.000, Pasar Waspadai Koreksi di Bawah US$100.000

Pelaku pasar kini menantikan data persediaan minyak mentah AS dari American Petroleum Institute (API) yang akan dirilis malam ini.

Survei awal Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS naik selama sepekan terakhir, yang dapat menambah tekanan terhadap harga minyak.

Selanjutnya: Pasar Kripto Anjlok, Nilai Pasar Hilang Lebih dari US$270 Miliar dalam 24 Jam

Menarik Dibaca: Pasar Aset Kripto Makin Keok, Masih Tepat Beli Bitcoin?




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×