kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.719   24,00   0,14%
  • IDX 8.248   -26,87   -0,32%
  • KOMPAS100 1.151   -3,20   -0,28%
  • LQ45 843   -0,82   -0,10%
  • ISSI 285   -0,73   -0,26%
  • IDX30 442   -1,08   -0,24%
  • IDXHIDIV20 512   0,02   0,00%
  • IDX80 129   -0,31   -0,24%
  • IDXV30 136   -1,01   -0,74%
  • IDXQ30 141   0,17   0,12%

OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi, Harga Minyak Bertahan di Sekitar US$65 per Barel


Selasa, 04 November 2025 / 09:09 WIB
OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi, Harga Minyak Bertahan di Sekitar US$65 per Barel
ILUSTRASI. A pump jack operates near a crude oil reserve in the Permian Basin oil field near Midland, Texas, U.S. February 18, 2025. REUTERS/Eli Hartman


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia bergerak datar pada awal perdagangan Selasa (5/11) waktu Asia, seiring pasar mencerna keputusan OPEC+ yang menunda rencana kenaikan produksi pada kuartal I-2026 di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan global.

Mengutip Reuters, harga minyak Brent turun tipis 9 sen atau 0,1% menjadi US$64,80 per barel pada pukul 01.10 GMT.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melemah 10 sen atau 0,2% ke posisi US$60,95 per barel.

Baca Juga: Harga Emas Bertahan di Bawah US$4.000 Selasa (11/4) Pagi, Tertahan Penguatan Dolar

Pada Minggu (3/11), Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, menyepakati kenaikan kecil produksi untuk Desember 2025 dan menunda rencana penambahan produksi pada kuartal pertama tahun depan.

Sejak April, OPEC+ telah menaikkan target produksi sekitar 2,9 juta barel per hari atau setara 2,7% dari pasokan global, namun memperlambat laju peningkatan mulai Oktober karena proyeksi kelebihan pasokan.

“Langkah ini menunjukkan bahwa OPEC+ menyadari potensi oversupply dan tidak ingin harga minyak jatuh terlalu dalam, di bawah US$50 per barel. Kami melihat keputusan ini sebagai sinyal positif bagi investor,” tulis Bank of America dalam laporannya.

Sementara itu, para petinggi sejumlah produsen energi besar Eropa pada Senin (4/11) menantang prediksi adanya kelebihan pasokan minyak tahun depan.

Baca Juga: Dolar AS Capai Level Tertinggi 3 Bulan, Fed Kurangi Ekspektasi Penurunan Suku Bunga

Mereka menilai permintaan justru meningkat, sementara produksi mulai menurun. Wakil Menteri Energi AS James Danly juga menyebut tidak memperkirakan akan terjadi surplus minyak pada 2026.

Keputusan OPEC+ untuk menahan target produksi juga disebut dipengaruhi oleh Rusia, yang melobi agar kenaikan pasokan ditunda karena kesulitan meningkatkan ekspor akibat sanksi Barat.

Pada Oktober lalu, AS dan Inggris menjatuhkan sanksi terhadap dua raksasa minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil.

Dalam catatan JP Morgan, risiko gangguan pasokan memang meningkat, namun sanksi AS, Inggris, dan Uni Eropa diperkirakan tidak akan sepenuhnya menghambat operasional produsen minyak Rusia.

Baca Juga: Samsung Dihukum Bayar Ganti Rugi US$191,4 Juta atas Pelanggaran Paten OLED di AS

Pasar kini menantikan data stok minyak mentah AS dari American Petroleum Institute (API) yang akan dirilis hari ini sebagai petunjuk arah harga selanjutnya. Berdasarkan jajak pendapat awal Reuters, persediaan minyak mentah AS diperkirakan meningkat pada pekan lalu.

Selanjutnya: Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR

Menarik Dibaca: 7 Drakor Kampus Terbaik, Cocok Buat Nostalgia Masa Kuliah Penuh Drama




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×