Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan lalu, Komisi Eropa menyatakan sedang menyiapkan kebijakan tarif atas impor minyak Rusia yang masuk ke Uni Eropa (UE) melalui Hungaria dan Slovakia.
Langkah ini menyusul tekanan kuat dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang mendesak anggota NATO untuk berhenti membeli energi Rusia demi menghentikan perang di Ukraina.
Dalam pidatonya di PBB, Trump menegaskan, “Mereka membiayai perang melawan diri mereka sendiri. Siapa yang pernah mendengar hal konyol seperti itu?”—mengacu pada pembayaran lebih dari 1 miliar euro per bulan yang masih dibayarkan negara-negara UE kepada Rusia untuk impor energi fosil.
Negara Eropa yang Masih Impor Energi Rusia
Menurut Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), UE menghabiskan sekitar 1,15 miliar euro (US$1,35 miliar) untuk membeli energi fosil dari Rusia pada Agustus 2025.
Baca Juga: Rusia Ancam Balas jika Asetnya di Eropa Digunakan untuk Biayai Ukraina
Lima negara menjadi pembeli terbesar, mencakup 85% dari total impor:
-
Hungaria: 416 juta euro (US$488 juta)
-
Slovakia: 275 juta euro (US$323 juta)
-
Prancis: 157 juta euro (US$184 juta)
-
Belanda: 65 juta euro (US$76 juta)
-
Belgia: 64 juta euro (US$75 juta)
Hungaria dan Slovakia terutama membeli minyak mentah dan gas pipa, sedangkan Prancis, Belanda, dan Belgia mengimpor LNG (Liquefied Natural Gas) yang diangkut lewat kapal.
Negara-negara lain seperti Spanyol, Italia, Bulgaria, Rumania, Yunani, Kroasia, Slovenia, Austria, dan Polandia juga masih melakukan impor dalam jumlah lebih kecil.
Ketergantungan Eropa pada Minyak dan Gas
Minyak dan gas alam masih menjadi tulang punggung energi Eropa, menyumbang lebih dari 57% pasokan energi. Rinciannya: minyak (33%), gas (24%), diikuti batu bara (11,7%), nuklir (11,2%), biofuel (10,9%), energi surya dan angin (6,1%), serta tenaga air (3,1%).
Transportasi energi skala besar ini didukung jaringan pipa sepanjang 202.685 km di seluruh benua. Salah satunya adalah pipa Druzhba sepanjang 4.000 km, salah satu yang terpanjang di dunia, yang menyalurkan minyak dari Rusia timur melalui Belarus dan Ukraina menuju Hungaria serta Slovakia.
Karena faktor geografis dan keterbatasan jalur alternatif, Hungaria dan Slovakia masih menerima minyak melalui Druzhba dengan pengecualian khusus dari UE, agar terhindar dari krisis energi akut.
Penurunan Drastis Impor Gas Rusia
Sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, UE mendapatkan lebih dari 45% impor gas dan 27% impor minyak dari Rusia. Namun, pada 2024, angka ini turun drastis menjadi hanya 19% untuk gas dan 3% untuk minyak.
Baca Juga: G7 Ancam Negara yang Masih Beli Minyak Rusia, India & China Dibidik?
Volume impor gas Rusia ke Eropa jatuh dari lebih dari 150 bcm (miliar meter kubik) pada 2021 menjadi kurang dari 52 bcm pada 2024. Kekurangan ini sebagian besar ditutupi oleh peningkatan pasokan dari:
-
Amerika Serikat: dari 18,9 bcm (2021) menjadi 45,1 bcm (2024)
-
Norwegia: dari 79,5 bcm menjadi 91,1 bcm
-
Mitra lain: dari 41,6 bcm menjadi 45 bcm
Selain energi, Eropa juga mengurangi impor nikel, baja, dan besi dari Rusia. Namun, impor pupuk pertanian justru meningkat hampir 20% antara 2021–2025.
Karena Rusia merupakan produsen pupuk anorganik utama dunia, UE masih bergantung pada pasokan ini. Awal tahun 2025, Komisi Eropa bahkan mengajukan tarif 6,5% untuk pupuk Rusia dan Belarusia sebagai langkah bertahap mengurangi ketergantungan.
Siapa Pembeli Energi Rusia di Luar Eropa?
Selain Uni Eropa, beberapa negara lain masih menjadi pembeli utama energi Rusia pada Agustus 2025:
-
China: 5,7 miliar euro (US$6,7 miliar), dengan 58% berupa minyak mentah.
-
India: 3,6 miliar euro (US$4,2 miliar), dengan 78% berupa minyak mentah.
-
Turki: 3 miliar euro (US$3,5 miliar), terdiri atas campuran gas pipa, produk minyak, minyak mentah, dan batu bara.
-
Uni Eropa: 1,2 miliar euro (US$1,4 miliar), dua pertiganya berupa LNG dan gas pipa.
-
Korea Selatan: 564 juta euro (US$662 juta), dengan tiga perempat berupa batu bara.