Sumber: New York Times | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Kremlin memperingatkan akan mengambil langkah hukum hingga penyitaan aset asing apabila Uni Eropa (UE) benar-benar menggunakan aset Rusia yang dibekukan untuk membantu pendanaan Ukraina.
Peringatan itu disampaikan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Rabu (2/10/2025). Ia menyebut rencana Eropa memanfaatkan aset Rusia untuk memberikan pinjaman ke Ukraina senilai US$ 165 miliar setara dengan tindakan pencurian.
“Kami berbicara tentang pencurian,” kata Peskov, tanpa membedakan antara penyitaan langsung maupun skema pinjaman yang diusulkan.
Baca Juga: Rusia Melancarkan Serangan Drone Terbesar ke Ukraina, AS dan NATO Bereaksi
Sehari sebelumnya, Presiden Vladimir Putin telah menandatangani dekrit untuk mempercepat redistribusi aset di dalam negeri.
Pengamat menilai langkah itu membuka jalan bagi Moskow menyita aset perusahaan atau individu dari negara-negara yang mendukung rencana Eropa tersebut.
Sejak perang dimulai, Rusia memang sudah mengambil alih sejumlah operasi perusahaan Barat di negaranya.
Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, bahkan menyebut Rusia telah membekukan aset Barat dengan nilai setara aset Rusia yang dibekukan di luar negeri, dan siap merespons secara simetris.
Aset tersebut, termasuk keuntungan perusahaan asing, kini ditempatkan dalam rekening khusus (Type-C) yang hanya bisa ditarik dengan izin pemerintah Rusia.
Baca Juga: Jika Trump Setop Impor Minyak Rusia ke India, Rusia Bisa Balas Dendam Lewat Aksi Ini
Rencana penggunaan aset Rusia mencuat setelah bantuan Amerika Serikat untuk Ukraina mulai terhambat di bawah Presiden Donald Trump. Komisi Eropa kini mendorong pinjaman reparasi senilai €140 miliar (sekitar US$ 165 miliar) berbasis aset Rusia yang dibekukan, tanpa harus menyita secara langsung.
Pinjaman tersebut hanya akan dibayar kembali bila Rusia membayar ganti rugi perang kepada Ukraina. Inggris juga mempertimbangkan skema serupa.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan pinjaman itu akan dicairkan bertahap dan tidak melibatkan penyitaan langsung.
“Kita perlu solusi struktural untuk mendukung Ukraina. Karena itu saya ajukan pinjaman reparasi berbasis aset Rusia yang dibekukan,” ujarnya.
Namun, rencana tersebut memicu perdebatan di internal Eropa. Kanselir Jerman, Friedrich Merz, mendukung usulan itu di tengah tekanan oposisi dalam negeri. Sebaliknya, Perdana Menteri Belgia menolak, dengan alasan risiko terlalu besar karena sebagian besar aset Rusia tersimpan di negaranya.
Baca Juga: Perundingan Gagal Capai Kesepakatan Genjatan Senjata, Ukraina Galang Dukungan Barat
Moskow menegaskan akan menuntut negara maupun individu yang terlibat hingga ke pengadilan internasional. Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev bahkan menyebut Rusia akan mengejar “hingga akhir zaman” pihak-pihak yang mencoba menyita atau memanfaatkan asetnya.
Selain jalur hukum, Rusia bisa merespons dengan langkah ekonomi, antara lain mempercepat penyitaan saham dan properti milik perusahaan Eropa di Rusia. Analisis independen memperkirakan ratusan juta dolar aset Barat berisiko dirampas.
Putin sebelumnya sudah memperingatkan bahwa langkah Barat terhadap aset Rusia akan merusak prinsip ekonomi internasional dan memicu fragmentasi sistem keuangan global. Ia menilai “pencurian” aset Rusia hanya akan mempercepat peralihan perdagangan dunia dari dolar dan euro ke sistem pembayaran alternatif.